Find Us On Social Media :

Usianya Masih Belia namun Anak-anak Ini Berhasil Masuk Peguruan Tinggi, bahkan Ada yang Menjadi Profesor

By Tatik Ariyani, Sabtu, 17 Maret 2018 | 16:30 WIB

Intisari-Online.com - Beberapa anak di dunia ini terlahir menjadi anak yang sangat jenius.

Di saat anak pada umumnya menempuh pendidikan sesuai dengan usia, beberapa anak jenius melompati kelas hingga mereka bisa duduk di bangku perguruan tinggi dalam usia mereka yang masih sangat belia.

Dilansir dari thisisinsider.com, beberapa bahkan meraih gelar sarjana dengan cepat dan bahkan mengajar di perguruan tinggi dengan mahasiswa yang lebih tua darinya.

Inilah kisah anak-anak jenius yang merintis karir akademik mereka sejak usia dini:

(Baca juga: )

1. Michael Kearney

Michael Kearney sekarang berusia 32 tahun. Dia menjadi lulusan perguruan tinggi termuda dalam sejarah saat dia berhasil meraih gelar antrolpolog pada usia 10 tahun.

Dia mulai mengajar di kelas bahkan sebelum dia bisa menyetir sebuah mobil.

(Baca juga: )

2. Jeremy Shuler

Jeremy Shuler mulai belajar teknik di Cornell University saat usianya masih 12 tahun.

Dia bahkan bisa membaca buku dalam bahasa Inggris dan Koreas sebelum usia 2 tahun.

(Baca juga: )

3. Sho Yano

Sho Yano meraih gelar sarjana di Universitas Loyola pada usia 12 tahun dan dia hanya membutuhkan waktu tiga tahun untuk lulus.

Pada usia 21, dia mendapatkan gelar MD-nya dari University of Chicago.

(Baca juga: )

4. Alia Sabur

Alia Sabur terdaftar di Stony Brook University di New York pada usia 10 tahun.

Pada usia 19 tahun, dia bekerja sebagai profesor universitas di Korea Selatan.

5. Tanishq Abraham 

Tanishq Abraham telah mendapatkan 3 gelar associate pada usia 11 tahun.

Sekarang, pada usia 12 tahun, dia melompat langsung ke tahun pertamanya di jurusan teknik-bio di UC Davis.

6. Moshe Kai Cavalin

Moshe Kai Cavalin mulai belajar matematika di East Los Angeles College pada usia 12 tahun.

Pada tahun kedua, dia mempertahankan nilai rata-rata A-plus.

(Baca juga: )

7. Gregory Smith

Gregory Smith mulai belajar bahasa Prancis, kalkulus, dan fisika di Randolph-Macon College saat dia baru berusia 10.

Dia kemudian dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian lima kali untuk karyanya di organisasi hak asasi anak-anak.

(Baca juga: )