Find Us On Social Media :

Mengenang Ahli Fisika Stephen Hawking: Penerus Cita-cita Einstein yang Menemukan Teori Lubang Hitam dan Asal Mula Semesta

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 14 Maret 2018 | 16:30 WIB

Intisari-Online.com – Dengan otaknya yang encer Hawking menemukan teori aneh tentang lubang hitam. Teorinya begitu tidak konvensional, sehingga Hawking sendiri selama berbulan-bulan masih ragu akan penemuannya itu.

Kalau kali ini ia salah, akan butuh waktu bertahun-tahun untuk mendapat kepercayaan lagi. Kalau dia benar, ilmu fisika harus diubah.

Begini catatan Intisari mengenai sosok jenius yang terbit pada Mei 1985 lalu:

Akhirnya, Februari 1974, Hawking yang waktu itu berumur 32 tahun, pergi ke Rutherford  Appleton Laboratorium untuk memberikan ceramah di depan sekelompok ahli fisika dengan judul "Pembentukan partikel oleh lubang hitam".

Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan rekan-rekannya sesudah selesai membacakan makalahnya, jelas terlihat adanya keragu-raguan, walaupun mereka tidak jelas-jelas menolak.

(Baca juga: Mengenang Ahli Fisika Stephen Hawking yang Baru Meninggal Dunia: Yang Bisa Bekerja Hanya Otaknya)

Hawking tidak menyerah begitu saja. Sebulan kemudian makalahnya itu dipublikasikan dalam majalah ilmiah Nature. Segera teorinya menjadi bahan pembicaraan ahli fisika di mana-mana.

Suatu hari di bulan Januari tahun 1974, ketika seorang ahli fisika bernama Dennis Sciama datang ke Cambridge, rekannya, Martin Rees, menyambut dengan wajah pucat dan tubuh gemetar. "Sudahkah Anda dengar? Stephen telah mengubah segala-galanya!"

Kapankah sebuah lubang hitam tidak hitam? Jawabnya ada dalam makalah Hawking. Rupanya ia memperlihatkan bahwa lubang hitam dapat memancarkan partikel-partikel bermuatan listrik yang energinya sangat besar.

Akibatnya lubang hitam bukan hanya penyedot yang rakus, tapi dapat berubah menjadi lubang putih (white hole) pemancar partikel. Pancaran partikel lubang hitam ini lalu disebut "sinar Hawking".

Mewujudkan cita-cita Einstein

Dinamika lubang hitam yang ditemukan Hawking serupa dengan pandangan baru tentang apa yang terjadi sewaktu Ledakan Besar. Teori ini bisa membantu para ahli fisika untuk memahami bagaimana partikel subatom terbentuk dan bagaimana mereka saling mempengaruhi selama proses  penciptaan semesta.

Yang lebih penting lagi ialah: Hawking telah menerapkan hukum-hukum mekanika kuantum pada lubang hitam, sebuah objek yang selama ini hanya dijelaskan lewat Teori Relativitas Umum Einstein.

(Baca juga: Inilah Prediksi Stephen Hawking tentang Sisa Waktu Manusia Menghuni Bumi, Tinggal Sebentar Lagi)

Ia   menemukan benang tipis yang menghubungkan dua tonggak yang selama puluhan tahun tak pernah bisa dihubungkan. Itulah sebabnya banyak ahli fisika sepakat bahwa Hawkinglah orang yang mampu mewujudkan cita-cita Einstein di akhir hayatnya.

Dengan humornya yang khas, ia menjawab pertanyaan Einstein tentang mekanika kuantum: "Tuhan bukan hanya bermain dadu (dengan kosmos), tetapi terkadang juga melemparkan dadu-dadu itu ke mana mereka tidak kelihatan."

Sejak pengumuman teori Hawking lubang hitam menjadi topik hangat dalam hampir setiap pertemuan astrofisika (fisika bintang). Sementara itu para ahli observasi pun tidak mau kalah mencari kandidat lubang hitam di langit.

Di arah rasi Angsa (Cygnus), sekitar 54.000 trilyun kilometer dari kita, sebuah benda yang tak kelihatan memancarkan energinya dengan amat dahsyat. Gygnus X-l, demikian namanya, diduga merupakan calon terkuat lubang hitam pertama.

Pada tahun 1978 Stephen Hawking dianugerahi Hadiah Albert Einstein, yaitu penghormatan tertinggi di Amerika Serikat untuk bidang fisika dan merupakan pengakuan bagi ilmuwan yang selanjutnya akan memenangkan hadiah Nobel.

(Baca juga: Buktikan Ramalan Einstein Seabad yang Lalu Bukan Omong Kosong, Tiga Ilmuwan Ini Diganjar Nobel Fisika 2017)

Baca koran sambil mengelilingi meja

Bangunan batu bata berwarna kelabu yang merupakan Gedung Ilmu Pasti Terapan dan Fisika Teoritis, nampak seperti pabrik dari abad 19, yang tersesat di sela-sela tembok bergaya Gotik dan ujung menara Cambridge.

Ke sanalah Hawking setiap hari meluncur dengan kursi rodanya dari tempat tinggalnya di  tingkat bawah sebuah rumah dari abad 19 yang berjarak kira-kira 300 meter.

Kamar kerjanya diisi deretan buku-buku fisika, sebuah terminal computer, foto-foto anak-anaknya dan sebuah alat khusus untuk membalik halaman buku yang digerakkan dengan tongkat kendali.

Untuk bisa membaca, laporan-laporan ilmiah atau surat kabar difotokopi, lalu ditata di atas meja. Hawking kemudian mengelilingi meja dengan kursi rodanya untuk membaca halaman demi halaman.

Di situlah Hawking menghabiskan sebagian besar waktunya dengan memikirkan asal-usul alam semesta. "Alam semesta yang mula-mula adalah jawaban terakhir mengenai terjadinya semua hal yang kita lihat sekarang ini, termasuk kehidupan," katanya.

(Baca juga: (Video) Di Balik Senyum Manisnya, Petugas Bandara Ini Tertangkap Kamera CCTV Mengutil Uang Penumpang)

Hawking seorang yang ulet dan keras kepala. la beruntung dikelilingi orang-orang yang cocok dengannya: kolega-koleganya yang mengaguminya dan keluarga yang bahagia. "Saya menyadari bahwa semua apa yang sudah saya dapatkan adalah berkat bantuan yang cukup dari istri, anak, teman-teman serta mahasiswa saya," ungkapnya.

Kekuatannya yang paling besar adalah hidupnya yang sebagian besar terus dihayatinya dalam jiwanya. Di sinilah ia menemukan kekuatan yang begitu mengagumkan, sampai ia sendiri heran, padahal penyakitnya terus-menerus menggerogoti raganya.

Bagi Hawking, kursi roda menjadi suatu titik tolak yang unik bagi penemuan hukum dasar tentang alam. Hawking hampir menjadi manusia otak semata-mata, partikel yang sangat kecil ciptaan manusia, tapi yang memahami seluruhnya. (John Boslough)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1985)