Find Us On Social Media :

Mengenang Ahli Fisika Stephen Hawking: Penerus Cita-cita Einstein yang Menemukan Teori Lubang Hitam dan Asal Mula Semesta

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 14 Maret 2018 | 16:30 WIB

(Baca juga: Inilah Prediksi Stephen Hawking tentang Sisa Waktu Manusia Menghuni Bumi, Tinggal Sebentar Lagi)

Ia   menemukan benang tipis yang menghubungkan dua tonggak yang selama puluhan tahun tak pernah bisa dihubungkan. Itulah sebabnya banyak ahli fisika sepakat bahwa Hawkinglah orang yang mampu mewujudkan cita-cita Einstein di akhir hayatnya.

Dengan humornya yang khas, ia menjawab pertanyaan Einstein tentang mekanika kuantum: "Tuhan bukan hanya bermain dadu (dengan kosmos), tetapi terkadang juga melemparkan dadu-dadu itu ke mana mereka tidak kelihatan."

Sejak pengumuman teori Hawking lubang hitam menjadi topik hangat dalam hampir setiap pertemuan astrofisika (fisika bintang). Sementara itu para ahli observasi pun tidak mau kalah mencari kandidat lubang hitam di langit.

Di arah rasi Angsa (Cygnus), sekitar 54.000 trilyun kilometer dari kita, sebuah benda yang tak kelihatan memancarkan energinya dengan amat dahsyat. Gygnus X-l, demikian namanya, diduga merupakan calon terkuat lubang hitam pertama.

Pada tahun 1978 Stephen Hawking dianugerahi Hadiah Albert Einstein, yaitu penghormatan tertinggi di Amerika Serikat untuk bidang fisika dan merupakan pengakuan bagi ilmuwan yang selanjutnya akan memenangkan hadiah Nobel.

(Baca juga: Buktikan Ramalan Einstein Seabad yang Lalu Bukan Omong Kosong, Tiga Ilmuwan Ini Diganjar Nobel Fisika 2017)

Baca koran sambil mengelilingi meja

Bangunan batu bata berwarna kelabu yang merupakan Gedung Ilmu Pasti Terapan dan Fisika Teoritis, nampak seperti pabrik dari abad 19, yang tersesat di sela-sela tembok bergaya Gotik dan ujung menara Cambridge.

Ke sanalah Hawking setiap hari meluncur dengan kursi rodanya dari tempat tinggalnya di  tingkat bawah sebuah rumah dari abad 19 yang berjarak kira-kira 300 meter.

Kamar kerjanya diisi deretan buku-buku fisika, sebuah terminal computer, foto-foto anak-anaknya dan sebuah alat khusus untuk membalik halaman buku yang digerakkan dengan tongkat kendali.

Untuk bisa membaca, laporan-laporan ilmiah atau surat kabar difotokopi, lalu ditata di atas meja. Hawking kemudian mengelilingi meja dengan kursi rodanya untuk membaca halaman demi halaman.