Melawan Pasukan Tank Nazi Jerman ‘Sambil Tidur’, Jenderal Inggris Ini Nyatanya Bisa Memenangkan Pertempuran

Moh Habib Asyhad

Penulis

Montgomery yang diberitahu tentang serbuan pasukan panzer Jerman justru sedang tertidur lelap dan ketika dibangunkan ia hanya berucap, “Excellent, excellent,” dan kembali tidur lagi.

Intisari-Online.com -Dalam salah satu fase Perang Dunia yang berlangsung di front Afrika Utara, pasukan Nazi dan Sekutu pernah terlibat pertempuran sengit untuk memperebutkan kota El Alamein, Mesir.

Pertempuran lebih dikenal sebagai Battle of El Alamein.

Sebagai benteng pertahanan terakhir bagi Inggris, El Alamein merupakan kawasan strategis untuk menuju ke Laut Mediterania dan hanya berjarar 242 kilometer dari Kairo.

Dari pantai yang telah dibangun pelabuhan, pengiriman logistik Inggris dari Terusan Suez atau Alexandria bisa berlangsung lebih lancar.

Selain jalur jalan beraspal yang terdapat di pinggiran pantai dan menghubungkan kota-kota penting di Mesir, di El Alamaein juga terdapat jalur rel kereta api yang terhubung hingga ke kawasan Libia.

(Baca juga:Bernard Law Montgomery, Penyelamat Pasukan Inggris di Dunkrik Sekaligus Mesin Penggulung Pasukan Nazi)

Jika El Alamein sampai jatuh ke tangan Jerman, logistic tempur Inggris, khususnya minyak dan bahan makanan untuk pasukan Inggris yang bertugas di Mesir terancam hilang.

Tak hanya itu, pasukan Jermanjuga akan menguasai seluruh Timur Tengah termasuk Terusan Suez yang menjadi jalur utama pengiriman logistic pasukan Inggris yang dikirim lewat Laut Mediterania.

Jika Terusan Suez juga jatuh ke tangan Nazi, jalur logistic Inggris terpaksa harus melintasi jalan darat Afrika Utara yang sangat panjang dan penuh risiko.

Ketika pasukan Nazi di bawah pimpinan Marsekal Erwin Rommel bersiap merebut El Alamein, pada saat itu kemajuan tempur pasukan Nazi Jerman di kawasan Eropa memang sedang berada di atas angin.

Lewat Operasi Barbarossa yang dilancarkan oleh pasukan Jerman di Rusia, dalam waktu singkat pasukan Rusia dipukul mundur hingga Stalingrad yang merupakan kota paling penting bagi Stalin terancam jatuh.

(Baca juga:Tidak Hanya Dihajar di Dunkirk, Pasukan Inggris Juga Pernah Babak Beluk oleh Pasukan Jerman Nazi di Libia)

Kapal-kapal selam Jerman, U-boat, juga berjaya di Lautan Atlantik dan berhasil menenggelamkan kapal-kapal transportasi Inggris sehingga control terhadap kawasan Lautan Atlantik berada di bawah Angkatan Laut Jerman.

Sementara itu negara-negara di Eropa Barat seperti Prancis, Belgia, Belanda, dan lainnya telah dikuasai Jerman dan butuh bantuan militer dari luar seperti AS dan Inggris sendiri untuk membebaskannya.

Perdana Menteri Inggris, Winston Churchil yang menyadari betapa gawatnya situasi di El Alamein langsung mengganti Jenderal Auchinleck dengan pangli maperang yang terkenal cerdas, bertindak cepat dan supel, tapi juga gemar tidur, Jenderal Bernard Montgomery.

Tugas Montgomery sebagai komandan 8th Army memang bukan hanya memimpin pertempuran tapi menaikkan moril tempur pasukan Inggris yang sedang merosot.

Dalam kepemimpinannya, Montgomery berbicara langsung kepada pasukan dan berusaha keras menaikkan kepercayaan diri tiap personel pasukan.

Tapi yang paling ditekankan oleh Montgomery adalah dalam kondisi apa pun El Alamein harus sebisa mungkin dipertahankan dan jangan sampai jatuh ke tangan Jerman.

(Baca juga:Canggih! Inilah Vespa Basoka, Skuter Italia yang Bisa Menghancurkan Tank)

Montgomery optimis bisa mengusir pasukan Jerman karena pasukan Rommel saat itu sedang dalam kondisi minim logistic dan tidak bisa bertempur dalam jangka panjang.

Sebab pasukan Persemakmuran Inggris masih secara penuh menguasai Terusan Suez dan pesawat-pesawat RAF juga sukses menghancurkan kapal-kapal pengangkut logistic bagi pasukan Jerman di Afrika Utara ketika sedang berlayar di Laut Mediterania.

Pada awal bulanAgustus 1942, Montgomery sebenarnya sudah siap melancarkan serangan balasan.

Tapi ia lebih suka diserang pasukan panzer Jerman terlebih dahulu karena telah menggelar ranjau antitank dalam jumlah besar.

Kebetulan Rommel memang sengaja memakai taktik menyerang posisi Inggris secepat mungkin kendati sedang dalam kondisi minim logistik tempur.

Untuk menghadarpi serbuan pasukan Jerman, selain menggelar ranjau antitank, Montgomery juga memasang jebakan berupa deretan meriam artileri dan barisan tank yang berposisi di dalam tanah di sepanjang kawasan Alam Halfa.

Sewaktu gerak maju pasukan Jerman telah berada di posisi jebakan, pesawat-pesawat RAF akan tiba untuk memberikan pukulan dari udara.

(Baca juga:Meski Pernah Dipecundangi Mussolini, Hitler Ternyata Mau Menolong Sahabatnya yang Selalu Ia Rendahkan Itu)

Strategi Montgomery untuk melumpuhkan serbuan pasukan panzer Jerman ternyata berjalan sesuai rencana.

Pada akhir bulan Agustus 1942 pasukan panzer Jerman bergerak menyerbu dan langsung memasuki jebakan lading ranjau.

Montgomery yang diberitahu tentang serbuan pasukan panzer Jerman justru sedang tertidur lelap dan ketika dibangunkan ia hanya berucap, “Excellent, excellent,” dan kembali tidur lagi.

Pasukan panzer Jerman yang terjebak di lading ranjau makin runyam kondisinya setelah meriam artileri dan tank-tank Inggris memuntahkan pelurunya disertai gempuran udara pesawat-pesawat RAF.

Rommel yang sangat terkejut akibat kerugian besar yang dialami pasukan panzer yang segera memerintahkan pasukannya untuk membelok ke utara yang wilayahnya masih dipenuhi bukit-bukit karang.

Nasib mujur masih memihak Rommel karena tak lama kemudian muncul badai pasir yang scara otomatis menghentikan serangan Inggris baik dari darat maupun udara.

(Baca juga:Patung Liberty Ternyata Terinspirasi dari Perempuan Arab Penjaga Terusan Suez)

Rommel akhirnya memilih menarik mundur pasukan panzernya dan berharap pasukan Montgomery mengejarnya.

Rommel sendiri telah menyiapkan jebakan berupa lading ranjau antitank yang siap menghancurkan tank-tank Inggris.

Rommel tahu betul watak jenderal-jenderal Angkatan Darat Inggris yang terus mengejar musuh yang mengundurkan diri.

Namun, di luar dugaan, Montgomery yang pasukannya sedang dalam kondisi tidak siap melancarkan invasi memilih tinggal di tempat dan terus memperkuat garis pertahanan sambil menikmati jam-jam tidurnya.

Artikel Terkait