Find Us On Social Media :

Dihajar Habis-Habisan Dalam ‘Kamp Tawanan’, Para Siswa Prajurit Komando Harus ‘Lupa Diri’

By Ade Sulaeman, Jumat, 9 Maret 2018 | 06:00 WIB

Intisari-Online.com - Ada satu ciri khas dalam pendidikan komando yang diselenggarakan oleh pasukan TNI, yakni baik para pelatih maupun siswa tidak mengenakan pangkat.

Tujuan para pelatih dan siswa pendidikan komando tidak menggunakan pangkat adalah semua siswa diperlakukan sama oleh para pelatih.

Dalam pendidikan komando TNI, kadang ada sejumlah perwira yang ikut sementara para pelatihnya adalah bintara-bintara senior yang secara hirarki kepangkatan berada di bawah perwira.

Jika tanda kepangkatan dipakai maka adalah tidak mungkin seorang bintara memberikan perintah kepada perwira.

(Baca juga: Terkenal Sebagai Pasukan Khusus Kelas Dunia, Navy SEAL Ternyata Babak Belur Oleh Viet Cong)

Oleh karena itu khusus dalam pendidikan komando, pelatih dan siswa tidak menggunakan pangkat agar pelatihan berjalan normal tanpa terganggu oleh hirarki kepangkatan.

Maka yang terjadi dalam pendidikan komando adalah hal biasa jika seorang perwira dibentak-bentak oleh bintara pelatih.

Bahkan para perwira yang sedang mengikuti pendidikan komando juga harus rela’’dihajar’’ oleh para bintara pelatih.

Pada prinsipnya pendidikan komando yang diselenggarakan oleh Kopassus, Paskhas, Marinir, dan lainnya adalah untuk mencetak prajurit elit yang mampu bertempur dalam segala medan.

Karena pendidikan komando TNI materinya adalah kemampuan bertempur yang tidak bisa dilakukan oleh pasukan reguler biasa, semuanya serba khusus, maka sistem pendidikannya pun sangat keras dan ‘’mengerikan’’.

Misalnya saja , prajurit siswa pendidikan komando yang sudah ditempa berbulan-bulan di hutan , hanya mengenal satu kata ‘’Komando...!’’ setiap bertemu orang. Baik orang sipil maupun militer.

Dalam kondisi apapun siswa komando harus berlari sambil membawa perlengkapan tempur lengkap dan hanya satu yang dipikirkan.