Find Us On Social Media :

Sejarah Kancing: Dari Hanya Sebagai Aksesoris Hingga Terbentuk Asosiasi Masyarakat Kancing

By Mentari DP, Selasa, 27 Februari 2018 | 12:15 WIB

Intisari-Online.com – Kancing ternyata sudah lama menjadi pelengkap busana manusia.

Di masa prasejarah kita memakai kancing dari tulang. Di zaman besi (± 1000 SM - 100) kancing terbuat dari lempengan besi bundar yang berlubang-lubang.

Kancing yang bahasa Inggrisnya adalah button mungkin berakar dari bahasa Prancis boutori artinya kuncup atau kenop, tapi bisa juga dari bouter atau mendorong sesuai dengan prinsip kerjanya.

Jauh sebelum berfungsi sebagai pengancing pakaian, kancing hanyalah aksesoris.

(Baca juga: Yang Kamu Lakukan Belum Ada Apa-apanya, Inilah Diet Paling Ekstrem dalam Sejarah)

(Baca juga: (Foto) Cantik! Beginilah Warna Asli Ikon-ikon Bersejarah ketika Pertama Kali Dibangun)

Contohnya, masyarakat Mesir pada 2500 SM hanya memakai emblem kancing sebagai kalung.

Demikian juga masyarakat Yunani dan Romawi, karena untuk mengatupkan busana mereka lebih menyukai tali, peniti, dan gesper.

Bahkan sampai abad XI,  di Eropa kancing masih digunakan melulu sebagai hiasan.

Kancing  baru digemari sebagai penutup pakaian di abad XIII, ketika muncul mode pakaian ketat. Bentuknya bisa bundar bisa juga gepeng.

Dengan sendirinya pula ditemukan teknik membuat lubang kancing. Sekitat abad XVl,  kancing sudah menjadi barang umum bagi  peradaban masyarakat saat itu. Setidaknya di Eropa.

Bahkan pada salah satu pakaian kebesaran Raja Francis I dari Prancis, disematkan 13.600 kancing emas!

Kalau orang-orang kaya biasanya menggunakan kancing emas atau perak yang bertatahkan batu permata, orang-orang lainnya "cukup" menggunakan lusinan kancing dari perunggu atau kayu, atau emas, perak, sampai batu mulia imitasi.