Find Us On Social Media :

Demi Mengawal Bung Karno di Yogyakarta, Pencoleng Sampai Pencopet Direkrut Untuk Dijadikan Pasukan Pengamanan

By Yoyok Prima Maulana, Senin, 26 Februari 2018 | 17:15 WIB

Intisari-online.com - Pada Januari 1946 pemerintah RI terpaksa dipindahkan ke Yogyakarta karena alasan keamanan. 

Pasalnya pasukan Belanda yang didukung Sekutu terus melancarkan tindakan brutal terhadap warga Jakarta.

Apalagi sepak terjang serdadu NICA  juga makin membahayakan jiwa keluarga Presiden Soekarno dan Wapres, Bung Hatta.

Raja Yogyakarta, Sultan HB IX dengan senang hati menerima kehadiran rombongan keluarga dan para staf Presiden serta Wapres RI meski menanggung banyak tantangan.

BACA JUGA: 

Salah satu tantangan yang harus segera diatasi oleh Sultan HB IX, selain menyediakan tempat penampungan juga harus menyiapkan ‘’pasukan keamanan’’ yang harus tersedia dalam waktu singkat.

Karena kurangnya personel pasukan keamanan, Sultan HB IX kemudian meminta tolong kepada penasihat Pangsar Soedirman dan Kolonel Moestopo untuk segera menyiapkan pasukan pengamanan.

Kolonel Moestopo sendiri sedang tidak memiliki pasukan yang segera bisa digunakan untuk mengamankan  Bung Karno dan Bung Hatta serta para staf lainnya sehingga terpaksa mengambil langkah kontroversial.

Kolonel Mostopo kemudian mengumpulkan para penjahat, pencopet, dan pelacur di Yogyakarta untuk dididik menjadi pejuang-pejuang yang tangguh.

BACA JUGA: 

Selama dalam masa pelatihan yang tujuannya mengarahkan mereka menjadi orang baik-baik, orang-orang yang lebih dikenal sebagai ‘’sampah masyarakat’’ itu ditampung dalam wadah khusus yang dinamai Barisan Terate.

Kolonel Moestopo yang juga mantan komandan batalyon PETA di masa penjajahan Jepang dan telah kenyang asam garam pertempuran ikut terjun sebagai pelatih.

Hasil gemblengan para sampah masyarakat itu ternyata berhasil.  Mereka menjadi para pejuang tangguh dalam berbagai pertempuran di Jawa dan terwadahi dalam Barisan Macan Putih dan Barisan Macan Hitam.