Find Us On Social Media :

Rasa Terima Kasih Atas Uluran Tangan dan Kasih Sayang

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 25 Februari 2018 | 22:00 WIB

Intisari-Online.com – Hari itu menjelang hari Thanksgiving. Seorang guru kelas satu memberi tugas yang menyenangkan untuk kelasnya, yaitu menggambar sesuatu yang mereka syukuri.

Sebagian besar murid di kelas itu dianggap kurang beruntung secara ekonomi, namun masih banyak yang merayakan hari Thanksgiving dengan kalkun dan barang tradisional lainnya.

Menurut sang guru, ini akan menjadi subyek seni sebagian besar siswanya. Dan memang demikianlah adanya.

Tetapi Douglas, salah seorang murid, membuat gambar yang berbeda. Douglas adalah tipe anak laki-laki yang berbeda. Ia terlihat seperti anak yang lemah dan tidak bahagia.

(Baca juga: Bersyukurlah yang Pas-pasan, Menurut Riset Wajah Tampan Dapat Menghambat Karier Seorang Pria)

Saat anak-anak lain bermain ketika istirahat, Douglas selalu berdiri di samping gurunya. Orang lain hanya bisa menebak rasa sakit yang dirasakan Douglas di balik mata sedihnya.

Ya, gambarnya berbeda. Saat diminta menggambar sesuatu yang ia syukuri, ia menggambar tangan. Tidak ada lagi. Hanya tangan kosong.

Citra abstraknya menangkap imajinasi rekan-rekannya. Seorang anak menebak itu adalah tangan seorang petani, karena petani memelihara kalkun.

Yang lain mengatakan itu adalah tangan seorang polisi, karena polisi melindungi orang. Yang lain menduga bahwa itu adalah tangan Tuhan, karena Tuhan memberi kita makan.

Diskusi pun berlanjut, sampai-sampang sang guru hampir melupakan siapa yang menggambarnya.

Ketika anak-anak beralih mengerjakan tugasnya masing-masing, sang guru berhenti di meja Douglas, membungkuk, dan bertanya tangan siapakah itu.

Anak kecil itu membuang muka dan bergumam, “Itu milikmu, bu guru.”

(Baca juga: Tak Selamanya Kebaikan Itu Berbuah Kebaikan, 7 Orang Ini Justru Menyesal Setelah Berbuat Baik)

Guru itu pun teringat saat-saat ia meraih tangan anak kecil itu dan berjalan bersamanya, sementara ia sendiri memiliki murid-murid yang lain.

Sering kali ia berkata, “Ambil tanganku, Douglas, kita akan pergi keluar.” Atau, saya tunjukkan bagaimana cara memegang pensilmu. Atau, mari kita lakukan ini bersama.

Rupanya, Douglas sangat berterima kasih pada gurunya ini.

Sambil menyeka air matanya, guru itu pun melanjutkan pekerjaannya.

Kisah ini berbicara lebih dari sekadar rasa syukur. Ini menceritakan sesuatu tentang guru yang mengajar dan orangtua yang mengasuh serta teman-teman yang menunjukkan pertemanan, dan seberapa besar artinya bagi orang-orang seperti Douglas di dunia ini.

Mereka mungkin tidak selalu bisa mengucapkan terima kasih. Tapi mereka akan mengingat tangan yang mengulurkan pada mereka.

(Baca juga: Menang Lotre Rp76 Miliar, Wanita Tua Ini Lakukan Operasi Plastik agar Terlihat Lebih Muda dan Hasilnya Sungguh Menakjubkan!)