Find Us On Social Media :

Sejak Zaman Baheula, Kursi Memang Menjadi Simbol Kekuasaan dan Martabat. Ini Buktinya

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 22 Februari 2018 | 10:00 WIB

(Baca juga: Mengintip Bisnis Beromzet Miliaran Milik Bu Dendy, Wanita yang Viral Karena Menyawer Uang Ratusan Juta)

Tiap pasangnya gabungan dua kaki belakang atau depan. Kaki-kaki melengkung itu saling bersilang membentuk huruf X.

Curule biasanya dibuat dari materi gabungan kayu dengan gading atau logam yang dicor. Mode curule bertahan sampai Abad Pertengahan (400 -1300).

Model lain adalah kursi dengan sandaran, panel samping yang tinggi, atau kanopi dari kain damask atau beludru. Panel dan kanopi itu sebagai penangkal tiupan angin dingin.

Di belahan dunia Timur, tercatat masyarakat Jepang, India, dan, Cina - khususnya pada dinasti Han (202 SM - 220) - telah menghasilkan perabot oriental yang bernilai seni tinggi.

Pengrajin Cina terampil menyambung antarbagian tanpa paku atau pasak, dan jarang sekali menggunakan lem.

Caranya, ujung-ujung di bagian sambungan dipahat dengan amat terampil, sehingga bisa masuk pas satu sama lain.

Di Abad Pertengahan keterampilan orang Eropa dalam membuat perabot merosot tajam. Untuk menutupi buatannya yang kasar, para perajin mengecat atau melapisinya dengan emas.

Kain pelapis dan jok mulai dikenal di abad XVI, tapi baru akhir abad XVII dan awal abad XVIII penggunaannya umum di mana-mana.

(Baca juga: Terobsesi Jadi Barbie Hidup, Gadis 18 Tahun Ini Habiskan Uang Rp20 Juta per Bulan Milik Ibunya untuk Menyerupainya)

Pada masa yang bersamaan, lahir kursi santai dengan bagian dudukan, sandaran punggung dan tangan yang diganjal dan dilapisi kain (kadang ditambah tirai anti-angin).

Kain pelapis biasanya dari wol, kain bersulam, atau bahan permadani. Sutera dan beludru yang sangat mahal namun mudah rusak, hanya digunakan di rumah orang kaya.