Find Us On Social Media :

Sejak Zaman Baheula, Kursi Memang Menjadi Simbol Kekuasaan dan Martabat. Ini Buktinya

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 22 Februari 2018 | 10:00 WIB

Intisari-Online.com – Siapa sangka kursi, salah  satu perabot tertua di dunia dan perabot utama masyarakat sekarang, baru umum dipakai pada abad XVII.

Saat itu  kursi adalah simbol kekuasaan dan  martabat. Orang kebanyakan hanya duduk di atas dingklik (bangku kecil), bangku panjang, atau peti kayu.  Di keluarga kaya pun kursi hanya untuk kepala keluarga dan tamu terhormat.

Masyarakat Mesir kuno (3110 - 1070 SM) pun berpendapat sama. Kursi terbaik dan terindah hanya menghiasi istana raja atau keluarga kaya. Ujung kaki kursi itu umumnya serupa kaki binatang, lengkap dengan cakar atau kukunya.

Bahannya mahal, entah kayu hitam, gading, atau kayu berlapis emas, diukir atau dicat cerah, lalu dibglut kain mahal atau kulit binatang.

Serupa dengan Mesir, di masyarakat Yungni kuno (1100 SM - 400) kursi menentukan status sosial pemiliknya.

(Baca juga: Yair Netanyahu, Anak PM Israel yang Tertangkap Basah Lecehkan Martabat Kaum Hawa)

Namun bangsa itu sempat menorehkan prestasi dengan menemukan model kursi cantik, klysmos.

Kursi tanpa tangan ini berbentuk khas, 2 kaki depannya melengkung seperti hurui C menganga ke depan, sebaliknya 2 kaki belakangnya seperti huruf C menghadap belakang.

Sandarannya pun melengkung. Akibatnya, dari samping kursi itu memiliki siluet huruf S.

Kursi yang dudukannya terbuat dari jalinan tali  itu nge-trend kembali pada awal abad XIX dan XX. .

Hidup di masa yang hampir bersamaan membuat masyarakat Romawi kuno (700 SM - 400) banyak meniru model perabot Yunani.

Namun, mereka memiliki ciri tersendiri dengan lebih banyak menggunakan perunggu dan  perak. Klysmos ala Romawi lebih berdt dan besar serta diberi jok empuk.

Prestasi Romawi adalah kemampuan mengembangkan dingklik menjadi curule. Bangku yang sering diduduki hakim ini memiliki 2 pasang kaki.