Organisasi tersebut telah memberi uang saku bulanan sebesar dua ribu rupee (sekitar Rp420 ribu) per bulan kepada 700 janda, juga pelatihan mengajar.
Meski begitu, hanya sebagian kecil dari janda-janda itu yang tinggal di Vrindavan.
Bagaimanapun juga, kota itu, juga kota-kota di sekitarnya, adalah pusat spiritual yang dipenuhi kuil-kuil pemujaan Dewa Kresna.
Karena janda-janda itu tidak diterima keluarga, mereka berkumpul di pusat spiritual, di mana mereka bisa menjalin persaudaraan dengan janda lainnya.
Psikolog Delhi Vasantha Patri, yang telah meneliti para janda-janda itu, menggambarkan mereka sebagai “Hidup secara fisik tapi mati secara sosial.”
Situasi mereka juga digambarkan dengan terang benderang dalam film Water yang dinominasikan dalam Oscar tahun 2005.
(Baca juga: Wanita Ini Usir Anak dan Menantunya yang Baru Menikah, Tapi Malah Disebut Mertua Idaman. Kok, Bisa?)