Penulis
Intisari-Online.com -Selama berabad-abad, “kota janda” misterius ini telah menarik ribuan perempuan yang telah diusir oleh keluarga dan dianggap terkutuk setelah suami mereka meninggal.
Tidak seorang pun yang secara akurat dapat menghitung berapa jumlah janda di kota yang bernama Vrindavan, yang terletak sekitar 80 mil di selatan ibukota India New Delhi.
Tapi, diperkirakan ada sekitar 15 ribu janda yang tinggal di sana.
Mereka ini adalah sosok-sosok yang dianggap membawa nasib buruk, atau yang dicegah mewarisi harta gono-gini suaminya.
Banyak dari mereka yang dibuang ke jalanan kota—yang disebut sebagai tempat tumbuh Dewa Hindu Kresna—oleh anggota keluarga mereka sendiri dan kemudian meninggalkan mereka.
(Baca juga:Bikin Ngakak! Editan Photoshop Terhadap Pasangan Ini Sungguh Kelewat Batas!)
Sementara yang lain datang dengan kemauan sendiri, dengan bus atau kereta api dari jarak ratusan mil. Ada yang mencari sahabat, ada juga yang ingin beribadah.
Sebagian besar berasal dari Bengal Barat, yang menempuh perjalanan lebih dari seribu mil, meninggalkan teman dan cucu.
Bindeshwar Pathak, pendiri organisasi hak asasi manusia Sulabh International, yang bekerja dengan para janda, mengatakan bahwa rasa malu pada mereka masih sangat kuat.
Pathak mengatakan, mereka tidak diizinkan untuk merayakan atau menghadiri perkawinan dan mereka diharuskan hidup dalam pengasingan, mencukur kepala, dan berpakaian putih.
“Ini pada dasarnya adalah bentuk penjara seumur hidup bagi para janda,” kata Pathak.
Sulabh, yang punya fokus pada urusan sosial dan sanitasi, telah ditugaskan oleh Mahkamah Agung pada 2012 lalu untuk terlibat dengan janda-janda itu setelah sebuah laporan menyebut ada mayat janda dimasukkan ke dalam karung dan dilemparkan ke sungai.
(Baca juga:Beginilah Cara Agen CIA Menginterogasi Korbannya dengan Cara Murah tapi Sangat Kejam)
Organisasi tersebut telah memberi uang saku bulanan sebesar dua ribu rupee (sekitar Rp420 ribu) per bulan kepada 700 janda, juga pelatihan mengajar.
Meski begitu, hanya sebagian kecil dari janda-janda itu yang tinggal di Vrindavan.
Bagaimanapun juga, kota itu, juga kota-kota di sekitarnya, adalah pusat spiritual yang dipenuhi kuil-kuil pemujaan Dewa Kresna.
Karena janda-janda itu tidak diterima keluarga, mereka berkumpul di pusat spiritual, di mana mereka bisa menjalin persaudaraan dengan janda lainnya.
Psikolog Delhi Vasantha Patri, yang telah meneliti para janda-janda itu, menggambarkan mereka sebagai “Hidup secara fisik tapi mati secara sosial.”
Situasi mereka juga digambarkan dengan terang benderang dalam film Water yang dinominasikan dalam Oscar tahun 2005.
(Baca juga:Wanita Ini Usir Anak dan Menantunya yang Baru Menikah, Tapi Malah Disebut Mertua Idaman. Kok, Bisa?)