Penulis
Intisari-online.com - Berbicara soal daftar orang terkaya di dunia, orang akan selalu teringat beberapa nama yang populer di media, seperti Bill Gates, Warren Buffett, atau Mark Zuckerberg.
Padahal di antara nama-nama yang beken itu ada satu nama Amancio Ortega, dari Spanyol.
Pengusaha retail berusia 82tahun ini, berada di urutan ke-empat terkaya di dunia. Kekayaannya, AS$82 milyar.
Saat ini ia merupakan pemegang saham terbesar di Grup Inditex, sebuah perusahaan retail dengan 6.000 toko di seluruh dunia.
BACA JUGA:Anak Miliarder Ini Disuruh Ayahnya Jadi Orang Miskin, Hanya Dibekali Uang Rp100 Ribu
Beberapa merek yang dikenal di Indonesia: ZARA, Massimo Dutti, Oysho, Zara Home, Kiddy's Class, Tempe, Straddivarius, Pull and Bear, Bershka.
Dibandingkan dengan orang terkaya lainnya, Ortega termasuk tidak terkenal.
Kehidupan dan fotonya jarang dipublikasikan media. Dia memilih untuk terus bekerja.
Sifat Ortega yang tertutup ini rupanya terkait dengan kehidupan masa lalunya yang susah.
Ia lahir di Busdongo de Arbas, desa berpopulasi 60 orang di Spanyol. Ayahnya buruh di perusahaan kereta api, ibunya pembantu rumah tangga.
Rumah Ortega hanya rumah petak di pinggir rel kereta api.
Usia 13 tahun Ortega harus berhenti sekolah karena tidak punya uang. Ia akhirnya bekerja di sebuah produsen pakaian mewah. Tugasnya mengantarkan pakaian.
Setelah itu, Ortega menjadi asisten penjahit dan belajar menjahit. Di tempatnya bekerja, ia juga belajar bagaimana memproduksi pakaian dan mendistribusikannya ke konsumen.
Setelah sempat bekerja sebagai salesman dan manajer di toko pakaian, pada awal tahun 1960-an, ia mulai memproduksi pakaian yang dijual dengan harga murah.
BACA JUGA:Mulai Sekarang, Berhentilah Makan Nasi Sisa Kemarin! Ini Alasannya
Pada awalnya, Ortega dan istrinya, Rosalia Mera, menjahit pakaian sendiri di ruang tamu rumahnya. Lama kelamaan usahanya berkembang pesat dan bisa mendirikan toko pertamanya pada tahun 1975 dengan nama ZARA.
Ciri pakaian produksi Ortega adalah kualitasnya mewah tapi harganya lebih murah.
Hidupnya sederhana
Walau memproduksi pakaian mewah, sehari-hari Ortega dikenal sebagai pria berpenampilan sederhana. Ortega selalu mengenakan blazer biru, kemeja putih, dan celana abu-abu. Malah mereknya bukan ZARA. Dan tidak pernah pakai dasi.
Sehari-hari Ortega juga dikenal sebagai boss yang ramah. Sering menghampiri dan mengajak berbincang-bincang karyawannya. Tak segan untuk turun tangan sendiri untuk urusan kecil di kantor.
Kehidupan sehari-harinya juga sangat sederhana. Ia selalu pergi ngopi di kafe yang sama. Makan siangnya di kafetaria bersama karyawannya. Dalam bekerja, ia berprinsip untuk memberikan apapun keinginan pelanggan. Dan berikan lebih cepat dibandingkan orang lain. Ia menutut dirinya dan karyawannya untuk bekerja cepat dan efisien.
Fotonya jarang
Ortega dikenal sangat melindungi privasinya. Meski namanya terkenal, nyaris tidak ada yang tahu wajahnya. Foto pertama Ortega baru muncul pada 1999 di laporan keuangan perusahaannya.
Seumur hidup, baru tiga wartawan yang diperbolehkan mewawancarainya. Ia malah tidak pernah muncul di acara-acara kantornya sendiri.
Sebagai orang kaya, ia memiliki pencakar langit tertinggi di Spanyo, yaitu Torre Picasso. Ia juga memiliki The Epic Residences & Hotel di Miami, Florida yang merupakan salah satu hotel terbaik di AS.
BACA JUGA:Tanda-tanda Pasangan Hanya Memanfaatkan Anda, Salah Satunya Mungkin Sedang Anda Rasakan
Pesawat pribadinya The Global Express BD-700 yang dirancang Bombardier, salah satu perusahaan yang memproduksi pesawat jet mewah paling unggul. Harganya AS$ 45 juta.
Dari pernikahan dengan Rosalia Mera, Ortega punya dua anak, yakni Sandra, Marcos, dan Marta.
Meski kaya, ada saja ujian kehidupan yang dihadapinya. Ortega bercerai dengan Mera, lalu istrinya itu meninggal pada 2013 karena sakit. Anak mereka, Marcos, diketahui tuna grahita sejak lahir.
Pada 2001, Ortega menikah lagi dengan Flora Perez Marcote, karyawannya sendiri. Di masa tuanya, penyesalan Ortega adalah mengapa tidak pernah punya cukup banyak waktu untuk keluarganya.
BACA JUGA:Kisah Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak