Find Us On Social Media :

2 Teori Besar Ini Jawab Pertanyaan Kenapa Manusia Takut pada Laba-laba yang Tidak Termasuk Golongan Binatang Berbahaya Itu

By Moh Habib Asyhad, Senin, 19 Februari 2018 | 20:30 WIB

(Baca juga: Berdalih Mengalami Klaustrofobia, Pria Ini Kabur dari Pesawat Lewat Pintu Darurat. Kelainan Apa Sebenarnya Ini?)

Menurut teori ini, manusia mengembangkan keengganan terhadap laba-laba karena beberapa detail dalam sejarah. Konon, dulu, laba-laba dihadirkan sebagai ancaman nyata kepada nenek moyang.

Teori ini juga digunakan untuk menjelaskan keengganan terhadap ancaman ular, kegelapan, dan ketinggian.

Teori ini didukung oleh temuan Pavol Prokop, ahli biologi dari Slovakia. Ia membandingkan ketakutan terhadap laba-laba di Slovakia dan Afrika Selatan.

Setelah mengamati 300 siswa SMA di tiap-tiap negara muncul kesimpulan, pelajar Afrika Selatan memiliki ketakutan lebih dibanding Slovakia.

Maklum, Afsel adalah rumah laba-laba yang lebih beracun dibanding di Eropa.

Takut karena tradisi

Teori kedua lebih berlatar belakang kultural. Graham Davey, psikolog di London’s City University mengamati 260 orang Inggris dewasa yang memiliki persepsi berbeda terhadap laba-laba.

Davey menemukan, rata-rata orang yang takut terhadap laba-laba cenderung takut juga terhadap binatang-binatang seperti bekicot, kecoa, dan siput.

(Baca juga: Ular Anakonda Raksasa Sepanjang 10 Meter Ditemukan di Brazil)

Binatang-binatang ini bukanlan predator tapi mereka mempunyai satu kesamaan: mereka membangkitkan rasa jijik.

Sensitivitas terhadap jijik, dipercaya Davey, menjadi pangkal dari semua ketakutan tersebut. Itu tandanya, takut laba-laba bukan proses evolusi, tapi sebuah tradisi turun temurun.