Kisah Anak Berkebutuhan Khusus yang Berprestasi dan Film Dokumenter tentangnya Mendapat Penghargaan di Indonesia

Tatik Ariyani

Penulis

Mirka, Ibunya membuat film dokumenter tentangnya dan mendapatkan beberapa penghargaan di berbagai negara, termasuk di Festival Film HAM Dunia di Jakarta, Indonesia.

Intisari-Online.com - Mirka Andersondiberi tahu bahwa dia bisa meninggalkan rumah sakit dengan membawa bayi perempuan, Emma dengan Down Syndrome (berkebutuhan khusus)setelah melahirkannya.

Suatu hari setelah melahirkan Emma di Rosie Hospital, Cambridge yang menjadi bagian dari Rumah Sakit Addenbrooke, Mirka dipanggil ke kantor dokter.

Seorang Konsultan memberi tahu dirinya dan suami bahwa Emma menderita Down Syndrom.

Konsultan wanita itu berkata bahwa Mirka tidak perlu membawa Emma pulang karena dia tidak akan melakukan apapun.

(Baca juga: Foto-foto Keren Ini Bak Diedit Oleh Pakar Photoshop, Padahal Hanya Mengandalkan Sudut Pengambilan Gambar)

Sampai sekarang Mirka tidak bisa mencerna maksud dari kalimat itu. Tak perlu banyak berkata, Mirka membawa Emma pulang.

Kini, dia sangat gembira setelah melihat putrinya menjadi seniman sukses.

Dilansir dari Daily Mail, setelah berjuang keras belajar di sekolah umum, Emma akhirnya mendapatkan Ijazah Umum Pendidikan Menengah (GCSE) di bidang seni diCambridge Regional College pada tahun 2005.

Sekarang Emma menjual karyanya di pameran publik, bahkan mempublikasikan karyanya di Tate Modern, London.Emma adalah satu dari dua siswa dari perguruan tinggi yang karyanya dipilih untuk ditampilkan di galeri bergengsi tersebut.

(Baca juga: Orang yang Punya Ciri Berikut Ini Pasti Dicintai Nyamuk, Anda Termasuk?)

Emma, ??yang sekarang berusia 33 tahun, memenangkan sebuah kompetisi untuk memamerkan lukisannya di galeri terkenal diLondon setelah seorang guru perguruan tinggi mendorongnya untuk mengikuti kompetisi tersebut.

Lebih dari tiga dekade kemudian, Mirka telah membuat sebuah film dokumenter, The Sky is the Limit, yang bercerita tentang kehidupan Emma dan telah mendapat pengakuan di festival film di Amerika Serikat, Chili, Spanyol, Venezuela dan Norwegia.

Pada bulan Januari, mereka diberi tahu bahwa film berdurasi 25 menit itu telah memenangkan medali perak di Festival Film Hak Asasi Manusia Dunia di Jakarta, Indonesia, dan pasangan tersebut akan menghadiri upacara penyerahan penghargaan pada bulan April.

Mirka, yang pindah ke Inggris dari Polandia pada tahun 1972, yakin putrinya tidak diberi pemeriksaan medis yang tepat saat lahir karena kondisinya.

(Baca juga: Waspada Anak yang Memainkan Alat Kelamin, Awas Jadi Kebiasaan)

Pensiunan Terapis dari Royston, Herts mengatakan bahwa Emma keluar dari rumah sakit dengan lubang besar di jantungnya.

Pada usia hampir 18 bulan, Emma dibawa ke Rumah Sakit Great Ormond Street, tempat ahli bedah menggunakan jaringan tiruan untuk menambal lubang di ruang jantungnya.

Mirka mengatakan hal itu sangat menghancurkan hatinya karena seorang ibu yang baru saja melahirkan diberi tahu bahwa bayinya adalah gumpalan daging yang tidak berguna.

Tapi, melihat Emma sekarang, Mirka sangat bangga karena Emma adalah seorang anak yang super.

(Baca juga: Foto Mengharukan: Tidak Sendirian, Laki-laki Tua Ini Sedang Makan Malam Bersama ‘Istrinya’ di Hari Valentine)

Emma membuat banyak lukisan dan pahatan di yayasan Rowan, Cambridge, sebuah badan amal yang menyediakan uang kuliah dan ruang studio untuk orang-orang dengan masalah kesulitan belajar.

Mirka juga menjadi relawan dalam yayasan tersebut, di mana dia bisa membantu merawat anak-anak.

Anak-anak disana menyukai Emma. Emma memang istimewa, dia memancarkan energi positif dan memiliki selera humor yang tinggi.

Mirka merasa bahwa mereka harus memberi kesempatan kepada orang-orang dengan kebutuhan khusus, tidak membawa mereka ke sekolah-sekolah khusus dan memperlakukan mereka seperti penderita kusta sosial.

(Baca juga: Menantu Elvy Sukaesih Ditangkap Konsumsi Sabu Saat Hamil, Ini Efek Mengerikan Narkoba Bagi Janin)

Mirka mengatakan bahwa ini adalah perjuangan untuk membuat Emma diterima dalam pendidikan umum.

Mirka telah menghabiskan 33 tahun hidupnya untuk memperjuangkan kenyataan bahwa orang-orang seperti Emma jugamemiliki potensi.

Dia berhasil memasukkan Emma ke dalam kelompok bermain normal, memohon orang untuk memberinya kesempatan.

(Baca juga: Video Mengharukan! Remaja Penderita Kanker Ini Meninggal di Pelukan Suaminya Pas Hari Valentine, 2 Hari Setelah Menikah)

Terlepas dari karya seninya, Emma memiliki kesukaan yang lain yaitu Aerosmith.

Dia jatuh cinta pada Steven Tyler dan Mirka telah menonton konsernya beberapa kali bersamaEmma.

Mirkamembuat film dokumenter tersebut, yang diproduksi oleh editor Juan Ballesteros yang berbasis di Cambridge, sebagai bagian dari 'misi satu wanita untuk menyebarkan kesadaran' tentang kondisi anak berkebutuhan khusus.

(Baca juga: Tak Disangka, Ternyata Malah Ini Jenis Durian Terenak di Indonesia Versi Profesor Korea)

Artikel Terkait