Find Us On Social Media :

Pertempuran Iwo Jima, Medan Perang Brutal Terburuk Bagi Sejarah Peperangan Marinir Amerika dalam Perang Dunia II

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 14 Februari 2018 | 06:00 WIB

Mereka bertemu dengan seorang kapten AL Samaji Inouye yang masih amat “tradisionalis”.

Ia marah besar dan menganggap mereka pengecut dan desersi. Ia pun menghunus pedangnya, siap memancung letnan yang telah berlutut menerima nasibnya itu.

Namun belum sempat pedang mengayun, anak buah Inouye serentak merebut pedang itu. Inouye pun lalu terguguk menangis meratapi jatuhnya Suribachi.

(Baca juga: Peringatan untuk Ibu! Bayi Ini Meninggal Dunia Diduga Tersedak Setelah Diberikan Minum Susu dengan Botol yang Disangga)

Sementara itu pada hari keempat invasi, Letkol Chandler Johnson, komandan batalion-2 Marinir ke-27 dari Divisi ke-5 memerintahkan anak buahnya  mengibarkan bendera AS di puncak Suribachi, di dekat kawah.

Dua prajurit Jepang yang masih bersembunyi di gua kawah keluar menyerang, namun mereka terbunuh sebelum sempat beraksi.

Johnson dari bawah melihat bendera berkibar dan berpikir, bendera itu kini bernilai historis dan pasti ada orang yang menginginkannya.

“Padahal itu bendera kami,” katanya.

Lalu ia memerintahkan bendera itu diganti yang lebih besar, dan bendera pertama yang berkibar di puncah Suribachi pun diamankan.

Sekalipun tempat tertinggi Iwo Jima sudah dikuasai, namun ribuan marinir Amerika harus bertempur mati-hidup untuk menguasai seluruh pulau vulkanik ini.

Berbagai kisah heroik muncul dari pertempuran ini, membuahkan 27 medali penghargaan tertinggi AS, Medal of Honor.

Penerimanya antara lain Prajurit Douglas Jacobson yang mengamuk karena rekannya tewas.