Find Us On Social Media :

Dari Ninja, Samurai, Sampai Sshigaru, Inilah Penjelasan Tentang Prajurit Tradisional Jepang di Zaman Dulu

By Mentari DP, Senin, 29 Januari 2018 | 11:00 WIB

Samurai yang sudah tidak memiliki daimyo ini kemudian disebut ronin. Secara harfiah, ronin artinya adalah orang yang seperti ombak.

Tanpa kekayaan dan pendapatan tetap, ronin yang miskin biasanya mencari uang dengan menjadi tentara bayaran. Pada abad ke-15 hingga 16, pekerjaan semacam ini cukup banyak. Namun di era Jepang sudah mulai maju, pekerjaan seperti ini mulai sulit untuk ditemui.

5. Ashigaru

Samurai adalah prajurit yang memiliki kelas sosial tinggi. Sedangkan sebagian besar prajurit perang Jepang disebut ashigaru. Para ashigaru berperang dengan berjalan kaki. Senjata mereka adalah tombak, pedang, dan panah.

Pada abad ke-16, Laksamana Nobunaga memenangkan perang dengan sukses ketika dia mempersenjatai 3.000 ashigaru dengan senapan berbubuk mesiu.

(Baca juga: Seram! Pesawat Kiriman CIA Ini Sering Terbang di Langit Indonesia Tanpa Pernah Terdeteksi)

6. Ikko-Ikki

Pada abad ke-15, muncul kelompok religius lain yang ditakuti, Ikko-Ikki. Kelompok ini menganut aliran Buddha Jodo-Shinshu yang percaya pada keselamatan untuk seluruh umat manusia, tidak hanya untuk mereka yang belajar agama dengan seksama.

Ikko-Ikki ini lebih egaliter dibandingkan sohei. Pengikutnya juga lebih besar karena gerakan ini bersifat sosial. Sejumlah pengikut  Ikko-Ikki mencukur habis kepalanya sebagai tanda imannya.

Kekuatan mereka tidak boleh diremehkan karena pada tahun 1488, mereka berhasil menguasai Provinsi Kaga. Pasukan Ikko-Ikki tampak seperti samurai dan berperang seperti samurai juga.

Sejauh ini, informasi tentang Ikko-Ikki sangatlah terbatas dibandingkan prajurit yang lain. Namun, mereka jelas merupakan lawan yang tangguh terhadap prajurit-prajurit lain.

7. Tsukai-ban

Untuk memastikan semua arus informasi berjalan dengan lancar, setiap daimyo memiliki tsukai-ban. Mereka adalah para pembawa pesan.

Serdadu tsukai-ban memastikan koordinasi dan transmisi pesan antar unit bisa berjalan dengan lancar, bahkan ketika sedang terjadi perang yang penuh kekacauan. (Lila Nathania)

(Baca juga: Inilah Gustave, si 'Monster' Buaya Raksasa Pembunuh 300 Manusia di Burundi)