Find Us On Social Media :

Pesona Janda-janda Muda di Batavia, Lebih Menarik Ketimbang Gadis Perawan

By Yoyok Prima Maulana, Rabu, 24 Januari 2018 | 17:45 WIB

Peraturan ini diberlakukan sangat ketat sehingga para nyonya memainkan peranan penting dalam kiprah menimbun kekayaan.

BACA JUGA: Gagal Lamar Permaisuri Raja, Patih Gadjah Mada Putuskan Tinggalkan Dunia Poltik dan Kekuasaan

Mereka, nyonya-nyonya besar, terlibat langsung dalam jaringan bisnis dagang pribadi. Bahkan, tak sedikit yang menjadi makelar wisma mewah, sampai sebagai rentenir yang meminjamkan uang kepada orang-orang Cina di Batavia.

Salah satu dari sekian kisah perempuan yang telah menikah beberapa kali dan sukses menjadi orang kaya adalah Maria van Aelst, janda yang ditinggal mati para suaminya.

Banyaknya lelaki peminat janda di Batavia telah melahirkan sebuah pemeo lawas: Jika perempuan itu merupakan janda seorang kaya, dia pun segera menghadapi sejumlah peminang (segera setelah suaminya dimakamkan).

Suami pertamanya Johan Libener, seorang pedagang senior di Batavia pada 1622. Suami keduanya Bartholomeus Cunst, warga terkemuka dan pengurus panti asuhan. Kemudian pada 1630, Anthony van Diemen, seorang Dewan Hindia yang kelak menjadi Gubernur Jenderal VOC, menikahi janda Maria itu.

Meski menjanda, Maria tetap berada di Batavia karena VOC memberikan tunjangan hidup kepada para janda sampai mereka pulang ke Belanda atau menikah lagi. Hindia Timur telah menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi para perempuan ketimbang harus pulang kampung.

Di Batavia abad ke-17, para perempuan berpeluang meninggikan kedudukan sosial mereka atau meningkat ke kelas pendapatan yang lebih tinggi - kaya raya.   

Maria pun bergaya hidup mewah dan bagian dari masyarakat perempuan sosialita Batavia. Dia mendapat kesempatan menikmati wisma gubernur jenderal tinggalan suaminya dan diizinkan pulang ke Belanda dengan membawa semua peralatan rumah tangganya dalam jumlah yang besar.

BACA JUGA: Mulai Sekarang, Berhentilah Makan Nasi Sisa Kemarin! Ini Alasannya

“Mereka memanfaatkan kemauan baik dari suami mereka sehingga menyalahgunakan karunia yang diterimanya,” ungkap Jean Baptiste Tavernier, seorang pedagang batu permata dan pelancong asal Prancis yang singgah di Batavia pada abad ke-17.

Mereka “mendorong suami-suami melakukan kejahatan besar dengan berkedok nama baik suami mereka.”