Kawan, Apa pun Alasannya, Menyalahkan Orang Baik Itu Ibarat Meludah ke Langit

Moh Habib Asyhad

Penulis

Pelajaran hidup senantiasa bertebaran di mana-mana, kapan saja, dan dari siapa saja.

Intisari-Online.com –Karena datang terlalu pagi, ruang tunggu bandara masih agak sepi. Untuk mengisi waktu Maya mampir ke toko, membeli sebungkus biskuit marie dan sebuah buku.

Tak berapa lama setelah duduk membaca, calon penumpang berdatangan masuk.

“Maaf, boleh saya duduk di situ?” Seorang pria ber-T-shirt putih mendekat sambil menunjuk tas Maya yang tergeletak di kursi samping.

“Silakan,” jawab Maya seraya menggeser tas ke tubuhnya.

Begitu duduk, pria itu mengambil sesuatu di sela kursi mereka, “Apakah ini milik Anda?” Ia memberikan sisir warna merah kepada Maya. “Terima kasih, mungkin jatuh dari tas saya.”

Beberapa saat kemudian si pria mengambil sebuah biskuit dari tas. Maya sedikit terkejut. Pria itu tersenyum padanya.

(Baca juga:Anda Kegemukan, Jangan Menyalahkan Karbohidrat karena Ini Biang Keroknya)

(Baca juga:Mengapa Masih Saja Ada Orang yang Suka Menyalahkan Korban Saat Peristiwa Buruk Terjadi?)

Maya menatap mata si pria, seakan bertanya berani benar kau. Maya kemudian merogoh tas dan mengambil biskuit juga, lantas kembali membaca bukunya.

Mudah-mudahan ini akan mengakhiri “pencurian” biskuit yang dilakukan orang ini, pikir Maya.

Begitu biskuit di tangan habis, pria tersebut mengambil lagi. Maya mulai jengah melihat semua ini. Memang perkara sepele.

Cuma biskuit yang nilainya tak seberapa. Namun itu amat menjengkelkan. Cewek ini nyaris tak tahan untuk memaki atau setidaknya menegur pria tersebut.

Kemudian pria tersebut kembali merogoh tas, mengeluarkan sebungkus roti lalu menyerahkan kepada Maya, “Silakan lo, masih sisa satu.”

Perbincangan mereka terhenti oleh suaraloudspeakerruang tunggu yang meminta para penumpang masuk pesawat. Maya segera membereskan bawaannya, mengambil tas lalu berjalan menujuboarding gate.

(Baca juga:Apa pun Alasannya, Menyalahkan Orang Baik Itu Ibarat Meludah ke Langit)

Betapa terkejutnya ketika memasukkan buku ke dalam tas, ia melihat bungkusan biskuit marienya masih utuh belum dibuka sama sekali.

Nah lo. Jadi biskuit yang ia makan tadi milik siapa? Raut muka cewek cantik ini memerah. Ia teringat niatnya untuk memaki-maki, sekaligus menyadari betapa baiknya orang itu.

Pelajaran hidup senantiasa bertebaran di mana-mana, kapan saja, dan dari siapa saja. Itulah yang dialami Maya. Benar ucapan Sang Bijak Buddha Gautama.

Apa pun alasannya, menyalahkan orang baik itu laksana meludah sambil menengadah ke langit. Ludah kita tidak akan mengotori langit, tapi berbalik mengotori diri kita sendiri.

(Baca juga:Kebiasaan-kebiasaan yang Dilakukan Orang Bahagia: Tidak Menyalahkan Masa Lalu)

Artikel Terkait