Find Us On Social Media :

Mengapa di Indonesia Kita Mengemudi di Lajur Kiri?

By Ade Sulaeman, Kamis, 18 Januari 2018 | 08:00 WIB

Intisari-Online.com - Di Indonesia, sudah menjadi hal yang lazim untuk mengemudikan kendaraan di sebelah kiri jalan.

Kecuali hendak mendahului, bagi mereka yang berkendara di lajur kanan, ada dua risiko yang dapat diperoleh, mengalami kecelakaan atau mendapat surat tilang dari Polisi.

Namun, hal yang sebaliknya terjadi di sebagian besar negara di dunia yang menganut “lajur kanan”.

Di dunia memang terdapat dua tipe lajur berkendara, kalo enggak kiri, ya kanan.

(Baca juga: Menggemaskan! 8 Foto Bayi dan Hewan Peliharannya Ini Akan Menghangatkan Hati Anda !)

Perbandingannya 34% memilih lajur kiri dan 66% memilih lajur kanan. Penganut “lajur kanan” berada di hampir seluruh Eropa dan sebagian besar benua Amerika.

Sedangkan penganut “lajur kiri” paling banyak berada di selatan benua Asia dan Afrika serta seluruh benua Australia.

Pemisahan lajur ini, apabila ditelusuri lebih awal, dimulai di Eropa, tepatnya di Inggris dan Perancis.

Walaupun sebelumnya mengikuti Inggris yang menggunakan lajur kiri, Perancis dikenal sebagai negara yang banyak mempengaruhi (atau memaksa) negara lain untuk menggunakan lajur kanan.

Inggris sendiri menggunakan lajur kiri untuk memudahkan para kesatrianya menggunakan pedangnya sekaligus mengendarai kereta kuda.

Dengan sebagian besar kesatria menggenggam pedang menggunakan tangan kanan, maka posisi ideal untuk bertarung sambil mengendarai kereta atau kuda adalah dengan sama-sama menggunakan lajur kiri.

Dikarenakan Kerajaan Inggris saat itu memiliki pengaruh yang besar, dan memiliki banyak daerah jajahan, maka penggunaan lajur kiri menjadi populer.

(Baca juga: (Foto) Kisah Memilukan dari Jasad-jasad 'Abadi' para Pendaki Everest)

Lajur kiri ini sebenarnya hanya diperuntukan bagi kaum kerajaan dan bangsawan.

Toh, hanya mereka yang memiliki kendaraan.

Namun, kemudian terjadi revolusi Perancis. Kaum bangsawan memilih untuk bersama rakyat menggunakan lajur kanan.

Selanjutnya, dengan Napoleon sebagai pemimpinnya, Perancis melakukan penaklukan di beberapa negara Eropa. Maka sistem “lajur kanan” pun menyebar.

(Baca juga: Di Perang Vietnam, AS Tak Hanya Kehilangan 60 Ribu Pasukan tapi Juga Harus Membuang Puluhan Helikopter ke Lautan)

Hanya negara-negara yang tidak dapat ditaklukan Napoleon saja yang tetap menggunakan lajur kiri. Inggris menjadi salah satunya.

Untuk Benua Amerika, selain Perancis, mereka juga dijajah oleh penganut sistem lajur kanan lainnya, yaitu Spanyol.

Hal ini terjadi di akhir tahun 1700-an.

Terbaginya sistem lajur ini berlangsung sekitar 100 tahun hingga terjadinya perang dunia pertama ketika kemudian hampir semua negara mulai menggunakan lajur kanan.

Akan tetapi, dengan luasnya daerah taklukan yang dia miliki, Kerajaan Inggris terus mempertahankan lajur kiri.

Hampir sebagian besar negara bekas jajahannya, yang tergabung dalam negara-negara Persemakmuran, menggunakan lajur kiri.

Hanya satu negara persemakmuran yang “berontak”, yaitu Kanada.

Hal yang lebih dikarenakan tingginya intensitas transportasi dari dan ke Amerika Serikat (yang menggunakan lajur kanan).

Amerika Serikat sendiri memilih untuk menggunakan lajur kanan karena ingin benar-benar lepas dari Inggris selaku negara penjajahnya.

Nah, untuk di Indonesia, penggunaan sistem lajur kiri dikarenakan beberapa faktor.

Salah satunya adalah peran Belanda sebagai negara penjajah.

Ketika masa awal penjajahan, Belanda sudah menganut lajur kiri.

Walau pada akhirnya negara tersebut takluk oleh Perancis dan menggunakan lajur kanan, sistem di Indonesia tidak diubah.

Faktor lainnya adalah keberadaan negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Australia, yang tergabung sebagai negara persemakmuran Kerajaan Inggris, yang tentu saja pengguna lajur kiri.

Satu hal lagi yang ikut berpengaruh adalah banyak fakta bahwa mobil-mobil buatan Jepang, yang menggunakan sistem lajur kiri, banyak beredar di Indonesia.

(Baca juga: Jago 'Ngedit' Foto, Hasil Foto Editan Pria Asal Batam Ini Seperti Asli, Dijamin Bikin 'Ngakak')