Josip Broz Tito Diktaktor Yugoslavia Yang Akrab dengan Bung Karno dan Sama-sama 'Penggemar' Wanita

Ade Sulaeman

Penulis

Jika Soekarno punya NKRI (Negara Kesatuan Repuplik Indonesia) maka Tito punya Socialist Federal Republic of Yugoslavia (SFRY). Keduanya juga menjadi pelopor terbentuknya Gerakan Non Blok.

Intisari-Online.com - Sejarah Yugoslavia tidak bisa dipisahkan dari tokoh kenamaan Jozip Broz, yang berhasil mengusir pasuka Nazi Jerman pada PD II.

Selama berjuang untuk mengusir pasukan Nazi, Jozip Broz menggunakan nama samaran “Tito” yang membuatnya makin populer.

Pada tahun 1946, Tito bersama kaum partisannya membentuk Republik Rakyat Federal Yugoslavia.

Bentuk negara republik ini menggantikan bentuk kerajaan Yugoslavia yang saat itu sedang diambang kehancuran.

(Baca juga: Ini Jawaban Puti Guntur Sukarno saat Masih Remaja Ketika Ditanya Soal Pemerintah Orde Baru)

Prince Paul, Wali Raja Yugoslavia waktu itu, kehilangan pengaruh akibat ketidakberdayaannya untuk menolak ajakan bergabung dengan poros Jerman-Italia-Jepang.

Padahal poros ini ditentang oleh sebaggian besar bangsa-bangsa di Yugoslavia.

Namun penduduk Yugoslavia yang menentang Jerman pun terpecah dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok Chetnik yang mayoritas anggotanya dari bangsa Serbia dan kaum Partisan yang berhaluan komunis.

Chetnik lebih condong kepada Raja sedangkan kaum Partisan yang dipimpin oleh Tito lebih cenderung ke Uni Soviet.

Tito kemudian membentuk Yugoslav National Liberation Army yang merupakan kesatuan tentara yang pertama kali menentang rejim fasis Hitler.

Namun alih-alih bersatu menghadapi Jerman, kedua kelompok ini justru saling berhadapan berebut pengaruh.

Bencana dahsyat pun melanda Yugoslavia. Ini karena penduduk bangsa-bangsa di kawasan tersebut sudah hidup membaur.

Sewaktu negeri ini masih benama kekaisaran Austro-Hongaria, penduduknya hidup relatif lebih makmur dan damai.

(Baca juga:‘Acar Kelingking’, Persembahan Anggota Yakuza untuk para 'Bapak' Sebagai Tanda Kesetiaan)

Mereka pun hidup membaur tanpa ada rasa curiga. Orang Serbia dan Kroasia banyak bermukim di Kroasia dan banyak lagi pembauran yang terjadi.

Hitler yang memakai konsep memecah belah untuk bisa menguasai seluruh kawasan Yugoslavia ternyat memperparah konflik.

Perang antar etnis pun berkobar. Pembantaian berdasar bangsa dan keyakinan memakan ratusan ribu korban jiwa.

Jutaan penduduk menjadi pengungsi akibat diusir maupun terusir. Hitler akhirnya berhasil menguasai sebagian besar wilayah kerajaan Yugoslavia.

Tito menjadi pahlawan pilihan rakyat ketika bersama kaum partisan dan dukungan Uni Soviet berhasil menguasai ibukota Yugoslavia, Belgrado, dari tangan Hitler pada 1944.

Tito yang bersuku bangsa Kroasia, dengan dukungan kaum partisan, kemudian mendirikan Republik Rakyat Federal Yugoslavia pada 31 Januari 1946.

Komunisme menjadi paham negara dan Tito diangkat menjadi presiden seumur hidup.

Bangsa-bangsa yang tergabung dalam republik ini di antaranya adalah Bosnia, Herzegovina, Kroasia, Servia, Kosovo, Macedonia, Montenegro dan Slovenia.

Bentuk negara federal ini sekaligus untuk menekan keinginan bangsa Serbia yang menginginkan bentuk negara kesatuan.

Di mata internasional, republik baru ini dikenal sebagai Yugoslavia ke-2.

Bagi Indonesia, Jozip Broz Tito ternyata pernah menoreh kenangan tersendiri.

Ia ternyata pernah menjalin persahabatan mendalam dengan Soekarno, Presiden pertama Indonesia.

Walaupun keduanya berlatar belakang berbeda.

Soekarno berasal dari kalangan sipil dan bergerak dalam bidang politik, sedangkan Tito sejak awal sudah berkecimpung di kemiliteran dan kemudian berkecimpung dalam bidang politik.

Dalam beberapa hal, keduanya mempunyai kesamaan.

Soal pandangan tentang kesatuan dan persatuan bangsa, keduanya satu ide.

Jika Soekarno punya NKRI (Negara Kesatuan Repuplik Indonesia) maka Tito punya Socialist Federal Republic of Yugoslavia (SFRY).

Keduanya juga menjadi pelopor terbentuknya Gerakan Non Blok.

Tito dan Soekarno juga mempunyai pandangan dan basis masa yang hampir sama, terutama dalam hal loyalitas.

Soekarno saat itu mempunyai kecondongan ke China dan Uni Soviet walau kemudian meleburkannya dalam Nasakom.

Soekarno punya basis masa sangat kuat yang disebutnya kaum Marhaen.

Seperti halnya Soekarno, Tito juga cenderung kepada komunisme Uni Soviet walau pun kemudian mencoba mengembangkan pandangannya sendiri yang disebut sebagai Titoisme.

Tito punya basis massa yang kuat yang dinamakan kaum partisan.

Keduanya juga diangkat menjadi presiden seumur hidup di negaranya masing-masing.

Dalam kehidupan pribadi, keduanya bahkan punya kemiripan dalam pandangan soal kecantikan wanita.

Semasa hidup keduanya banyak dikelilingi wanita-wanita cantik. Me Sedikitnya ada 16 wanita dalam kehidupan Tito.

Di antaranya Maruza Novakova yang dikenal Tito pada tahun 1912 hingga Jovanka Broz istri resmi terakhir yang dinikahi Tito pada bulan April 1952.

Namun dalam hal kepopuleran, Tito masih kalah dibanding Bung Karno.

Hingga saat ini, nama Soekarno masih banyak dikenal di masyarakat eks Yugoslavia dan dunia. Namun nama Tito hanya sayup-sayup saja di Indonesia.

(Baca juga:(Video) Penuh Haru, Keluarga Arab Lepas Kepulangan TKW Indonesia yang Sudah 33 Tahun Bekerja Dengan Mereka)

Artikel Terkait