Find Us On Social Media :

Yakuza, Kini Dianggap Gangster Kejam, Dulu Dianggap Robin Hood yang Menciptakan Hubungan Romantis

By Ade Sulaeman, Jumat, 12 Januari 2018 | 13:45 WIB

"Yakuza merupakan bagian dari PT Jepang kita sekarang", kata penulis Hiroshi Kimura. "Mereka adalah anak-anak sebuah keluarga besar. Haruskah kita menyingkirkan mereka, hanya karena perbuatan mereka yang buruk?"

Takeo Miyama, kepala polisi Jepang berpandangan lain: "Bagi saya bagaimanapun mereka tetap gangster dan saya akan berusaha menangkap mereka sebanyak mungkin."

Bulan juni yang lalu, dengan pasukan istimewanya dia berhasil menyergap 2700 gangster, menyita 118 senjata, 74 pedang samurai dan alat-alat pembuat kerusuhan lain seharga Rp 406 juta.

Tetapi beberapa hari kemudian, kebanyakan sudah dilepaskan lagi. Ini berkat boss mereka yang menggunakan relasinya.

Menurut statistik polisi, semua ada 103.955 bandit yang terorganisir dalam 2487 kelompok. Ini terjadi di negara industri yang tingkat kriminalnya paling rendah.

Sementara di Jerman Barat yang jumlah penduduknya hanya setengah Jepang, setiap tahun terjadi sekitar 3,5 juta kejahatan. Di Jepang tidak sampai setengahnya.

Jalan-jalan di Tokyo aman. Ini bukan berkat kehebatan polisinya yang mempunyai pos penjagaan di setiap perempatan jalan, tetapi juga karena adanya rasa kesadaran yang tinggi dari tiap individunya akan tradisi menghormati pemerintah, tanggung jawab dan hormat akan keluarga.

Dari 1843 pembunuhan yang terjadi tahun lalu di Jepang sepertiganya terjadi pada Yakuza. Kebanyakan korban jatuh pada waktu terjadi perkelahian antar bandit.

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1981)

(Baca juga: ‘Acar Kelingking’ para Anggota Yakuza untuk para Boss Gangster Sebagai Tanda Kesetiaan)