Penulis
Intisari-Online.com -Pada April 2017 uji coba peluncuran rudal Hwasong-12 milik Korea Utara disinyalir gagal dan rudal yang masih memiliki 75% bahan bakar itu jatuh meledak ke pemukiman warga.
Meski begitu, peristiwa tersebut sejatinya adalah hal yang biasa.
Pasalnya dalam ujicoba peluncuran rudal balistik atau bom nuklir memang tidak mempedulikan keselamatan warganya jika terjadi kecelakaan.
Apalagi warga Korut sendiri telah didoktrin dan dicuci otaknya; bahwa setiap warga Korut harus rela mengorbankan jiwa serta raganya demi kejayaan Kim Jong-un.
(Baca juga:Inilah DF-17, Rudal Balistik Berkecepatan Hipersonik Milik China yang Bisa Mencapai Daratan AS)
(Baca juga:Sukses Luncurkan Rudal Balistik Baru, Warga Korut pun Bersorak-sorai di Lapangan Kim Il-sung)
Doktrin itu bahkan sudah diterapkan kepada anak-anak usia TK dalam bentuk permainan anak-anak berupa teknik perang-perangan.
Biasanya, dalam permainan itu kerap disisipkan teriakan slogan “Siap memberikan nyawa demi Kim Jong-un.”
Dalam soal melakukan uji coba peledakan bom nuklir yang dilakukan di bawa tanah dan peluncuran rudal balistik yang ditargetkan untuk jatuh ke Laut Pasifik, Korut bukannya tidak menyadari potensi adanya kegagalan.
Tapi militer Korut sudah memiliki prosedur jika kegagalan uji ledakan bom nuklir dan rudal balistik sampai mencelakai warganya.
Bagi Korut sendiri bukan merupakan masalah karena semua warga Korut memang siap mati demi kejayaan Kim Jon-un, yang sangat mengandalkan bom nuklir dan rudal balistik sebagai simbol kejayaannya.
Sedangkan jika uji coba rudal balistik sampai gagal dan malah jatuh ke kawasan Korsel atau Jepang, Korut juga merasa tidak ada masalah.
Pasalnya kekuatan militernya sudah siap berperang melawan Korsel,Jepang, dan AS kapan saja.
Pada akhir Oktober 2017, lokasi uji coba peledakan nuklir bawah tanah Korut runtuh akibat telah digunakan untuk meledakkan nuklir.
Lokasi itu berupa lorong panjang hingga kedalaman 700 m di bawah tanah dan di beberapa lokasinya terdapat ruang pengontrol yang berisi para pekerja.
(Baca juga:Tak Terima Dituduh Sebagai Sponsor Terorisme, Korut Langsung Luncurkan Rudal Balistik)
(Baca juga:Tak Terima Dijatuhi Sanksi Ekonomi Lagi, Korut Kembali Luncurkan Rudal Balistik Lintas Jepang)
Militer Korut tak mau ambil pusing melakukan perbaikan sekaligus tidak melakukan pertolongan terhadap sekitar 200 pekerja yang masih terjebak.
Lokasi uji coba bom nuklir itu langsung ditutup atau diurug tanpa menghiraukan para pekerja yang kemungkinan masih hidup.
Selama ini Korut melakukan uji ledakan nuklir bawah tanah yang berlokasi di Gunung Mantap.
Sudah sekitar 6 kali Korut melakukan uji ledakan nuklir sehingga dikhawatirkan gunung yang lereng-lerengnya membujur sampai wilayah Rusia dan China itu akan runtuh.
Jika sampai Gunung Mantap runtuh maka bisa memicu gempa tektonik berskala besar di wilayah Rusia dan China.
Tapi hingga saat ini Korut tampak “cuek” dengan risiko yang ditimbulkan akibat uji coba ledakan bom nuklir dan rudal balistik yang kalau gagal malah bisa mencelakai Korut sendiri.
Pasalnya memiliki bom nuklir dan rudal balistik memang segala-galanya bagi Korut.
Selain sebagai simbol kekuasaan dan kejayaan Kim Jon-un, bagi Korut, kepemilikan rudal dan nuklir juga bisa digunakan sebagai posisi tawar untuk berunding.
Biasanya dalam perundingan damai, Korut akan menjadi “jinak” jika mendapatkan konpensasi berupa uang dalam jumlah besar dan batuan bahan pangan lainnya.
Maka tidak mengherankan, demi memperoleh kejayaan dan konpensasi itu, meskipun sering mengalami kegagalan dan kecelakaan dalam program nuklirnya, Korut tidak pernah kapok.
Bahkan makin semangat.
(Baca juga:Sudah Ditunggu Antirudal AS, Korut Ternyata Tunda Tembakan Rudal Balistik ke Guam)
(Baca juga:Tiap Marah Kim Jong-un Luncurkan Rudal Balistik yang Harga Satuannya Mencapai Rp13 Miliar, Apa Tidak Rugi?)