Penulis
Intisari-Online.com -Albert Einstein lahir di Ulm, Jerman, pada 14 Maret 1879.
Enam bulan kemudian keluarganya pindah ke Munich. Di sana ia memulai masa sekolah di Luitpold Gymnasium.
Ayah Einstein, sorang insinyur yang gagal dalam bisnis industri elektrokimia, sebetulnya tidak terlalu berpengaruh dalam keberhasilan Einstein.
Meski begitu, ialah yang memberi kompas mainan hingga mengusik pikiran Einstein.
Di usia yang baru lima tahun, Einstein sudah bertanya-tanya bagaimana bisa, jarum selalu menunjuk ke arah utara.
(Baca juga:Jenius! Bocah Laki-laki 11 Tahun Ini Dapat Skor IQ Lebih Tinggi dari Albert Einstein dan Stephen Hawking)
Di usia 15 tahun Einstein pun menunjukkan pemberontakannya.
Ia tetap di Munich ketika keluarganya pindah ke Italia bagian utara setelah bisnis ayahnya gagal. Ia meninggalkan sekolah dan menanggalkan kewarganegaraan Jerman.
Tahun 1896 Einstein masuk Swiss Federal Polytechnic School di Zurich untuk dilatih menjadi guru bidang matematika dan fisika. Tahun 1901, Einstein mendapat gelar diploma sekaligus mendapat kewarganegaraan Swiss.
Karena tak dapat pekerjaan mengajar, ia menerima posisi sebagai asisten teknik di Swiss Patent Office. Dan empat tahun kemudian ia meraih gelar doktor.
Di waktu luangnya selama di Patent Office, Einstein melahirkan karya luar biasa. Tahun 1909, ia menjadi Profesor Luarbiasa di Zurich.
Dua tahun kemudian Einstein menjadi professor Fisika Teori di Praha. Tahun 1912, Einstein kembali ke Zurich untuk posisi lama yang ia tinggalkan.
(Baca juga:Dari Albert Einstein Hingga Benyamin Franklin, Inilah Orang-orang Hebat dengan Kebiasaan Aneh)
(Baca juga:4 Cara Melihat Prinsip Teori Relativitas Karya Albert Einstein di Kehidupan Nyata)
Dua tahun kemudian Einstein ditunjuk menjadi Direktur Kaiser Wilhelm Physical Institute dan Professor di University of Berlin.
Di tahun yang sama ia kembali menjadi warga negara Jerman dan tinggal di Berlin hingga 1933. Karena tekanan rasial yang dilancarkan Nazi, ilmuwan berdarah Yahudi ini lalu meninggalkan kewarganegaraannya dan pindah ke AS.
Di sana ia menjadi Professor Fisika Teori di Universitas Princeton.
Meskipun terhitung sosok yang cinta damai, Einstein setuju dengan aksi militer menentang Hitler. Tanpa ribut-ribut, ia membantu para pengungsi Yahudi ke AS.
Tanggal 2 Agustus 1939, sebelum Perang Dunia II dimulai, Einstein mendapat info tentang upaya Jerman merancang bom atom.
Info yang didapat dari rekan ilmuwan Leo Szilard itu kemudian ia sampaikan kepada Presiden Franklin D. Roosevelt melalui sebuah surat.
Einstein bersama rekan-rekan ilmuwan mengungkapkan bahwa Jerman tengah memurnikan Uranium-235. Pemeritah AS pun segera mengupayakan “Proyek Manhattan”. Proyek ini bertujuan mempercepat produksi bom atom.
Saat Szilard mengatakan pada Einstein soal reaksi berantai, Einstein terpana. “Saya tidak pernah memikirkan itu sama sekali,” katanya.
Namun, kala Einstein melihat kerusakan yang diakibatkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, ia hanya bisa mengeluh sedih.
Tahun 1940, Einstein menjadi warganegara AS dan pensiun dari Princeton pada 1945. Setelah perang berakhir, Einstein menjadi tokoh pergerakan pemerintahan.
Ia sempat ditawari jadi Presiden Israel kedua, namun ditolaknya. Selanjutnya ia bersama Dr. Chaim Weizmann bekerjasama mendirikan Hebrew University of Jerusalem.
Einstein selalu memiliki pandangan jelas terhadap masalah fisika dan kegigihan untuk memecahkannya. Ia memiliki strategi sendiri dan mampu membayangkan tahap-tahap untuk mencapai tujuannya.
(Baca juga:Inilah Sabrina Gonzales Pasterski, Perempuan 22 Tahun yang Disebut Harvard sebagai Next Albert Einstein)
(Baca juga:4 Cara Melihat Prinsip Teori Relativitas Karya Albert Einstein di Kehidupan Nyata)
Ia menganggap pencapaiannya hanyalah merupakan batu pijakan untuk sesuatu yang lebih maju.
Hasil pemikiran Einstein sudah tak terhitung jumlah dan manfaatnya. Yang paling fenomenal adalah Teori Relativitas.
Teori ini mampu menjelaskan Teeori Grvitasi Newton dan memecahkan kebuntuan teori laju cahaya yang dikembangkan Maxwell, Morley, Michelson, dan Weber.
Itu sebab mengapa teori ini dipandang begitu amat mengagumkan.
“Bila anda sedang jatuh cinta, satu jam akan terasa sedetik. Bila anda duduk di atas sisa arang yang masih membara, sedetik serasa satu jam. Itulah relativitas.’’
Begitu ungkapnya memberi penjelasan sederhana tentang Teori Relativitas yang kerap dipandang membingungkan oleh khalayak awam. Ia juga memberi kontribusi bagi statistik mekanik dengan teori kuantum yang dikembangkannya.
Tak kalah penting adalah pencapaian Einstein yang tak ternilai berkaitan dengan probabilitas transisi atom dan relativitas kosmologi.
Setelah pensiun, Einstei terus bekerja menuju keseragaman konsep dasar fisika. Hasil-hasil penelitian Einstein cukup terdokumentasi dengan baik.
Karya-karya pentingnya antara lain Special Theory of Relativity (1905), Relativity (terjemahan Inggris, 1920 dan 1950), General Theory of Relativity (1916), Investigation on Theory of Brownian Movement (1926), dan The Volution of Physics (1938).
Di antara karya non-sains, ada About Zionism (1930), Why War? (1933), My Philosophy (1934), dan Out of My Later Years (1950) adalah sebagian yang mungkin paling penting.
Einstein wafat pada 18 April 1955 di Princeton, New Jersey. Semasa hidup Einstein menikah dua kali dan memiliki dua orang anak dan satu anak tiri dari istri pertamanya, wanita Serbia Mileva Maric.
Einstein dan Maric sama-sama mencintai fisika dan musik.
(Baca juga:Ramarni Wilfred, Bocah 11 Tahun dengan IQ Lebih Tinggi dari Albert Einstein)
Kedua anak mereka bahkan mewarisi bakat mereka. Hans Albert, anak pertama mereka menjadi profesor hidrolika di Universitas California, Berkeley.
Sementara yag kecil, Edward mewarisi bakat musik dan menulis.
Sayang perkawinan mereka harus berakhir di tahun 1919 setelah 16 tahun menikah.
Di tahun yang sama Einstein menikahi Elsa Lowenthal yang wafat pada 1936.
Einstein menerima gelar doktor kehormatan di bidang ilmiah, medis, filsafat dari berbagai universitas di Eropa dan Amerika.