Penulis
Intisari-Online.com – Di rumah maya, saya punya kawan jenaka yang biasa menulis dengan bahasa Jawa. Ada-ada saja humornya.
Dalam keadaan senang ataupun jengkel, ia selalu bisa menulis status dengan cara yang lucu.
Tidak ada kesan pamer, minta perhatian, atau menggurui. Tiap kali membaca tulisannya atau melihat foto jepretannya, saya selalu tersenyum dan gembira.
Barangkali inilah fenomena seperti yang disimpulkan oleh para peneliti di Harvard Medical School, "Emosi bisa menular lewat jejaring sosial di internet."
Lewat dunia digital, segala jenis konten, baik maupun buruk, bisa menjalar dengan mudah.
Jika digunakan dengan baik, jejaring itu bisa menjadi jaring yang efektif penyaring konten positif.
Tapi jika tidak, jejaring itu bisa menjadi "jaring laba-laba" yang justru memerangkap kita.
Salah memilih teman dan tautan, misalnya, bisa membuat kita secara tidak sadar ketularan mood negatif.
Kita semua mafhum, saat ini jejaring sosial telah menjadi tempat favorit untuk curhat, menggerutu, bahkan mencela.
Bawahan mengeluhkan atasan, kawan ngerasani teman, pemirsa teve mencela artis, pembaca koran mengumpat wakil rakyat, bahkan istri atau suami mengungkapkan rasa jengkel kepada pasangan.
Padahal, internet jelas-jelas teman curhat yang tidak bisa menjaga rahasia.
(Baca juga:Internet Troll: Banyak Orang yang Menikmati Perannya Sebagai Penyebar Kebencian di Dunia Maya)
(Baca juga:Investigasi: Gerilya Waria, dari Kontes Sampai Transaksi Seks di Dunia Maya)
Jika tiap hari kita membaca status kawan yang gemar mengeluh, bisa saja kita ketularan mood negatif, seolah apa pun di dunia ini tidak ada yang beres.
Di dunia digital, jarak kita ke sumber penularan negatif ini hanya satu klik.
Sebaliknya, kawan-kawan maya juga bisa menjadi penyemangat dan penghibur gratis buat kita.
Mereka bisa menularkan inspirasi, kebahagiaan, dan mood positif kepada kita tanpa kita perlu membayar mereka.
Jarak kita ke sumber penularan positif ini juga hanya satu klik.
Di dunia digital, kita semua adalah objek sekaligus subjek. Kita ketularan sekaligus menularkan.
Apa pun yang kita tulis di sana, baik ataupun buruk, bisa menjadi sumber penularan bagi kawan-kawan kita.
Itu artinya, kita mestinya lebih berempati kepada kawan ketika hendak menjawab pertanyaan semacam "What's on your mind?" atau "What's happening?"
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari Extra Desember 2010)