Penulis
Intisari-Online.com – Hukuman mati biasanya dilakukan di tempat tertutup.
Berbeda dengan yang dilakukan oleh dua pengadilan di Lufeng, Provinsi Guangdong, China.
Sepuluh terpidana hukuman mati di kota itu diakhiri hidupnya dengan ditonton oleh ribuan warga, termasuk anak-anak.
(Baca juga:Joachim Peiper, Pembantai Pasukan Sekutu yang Setelah Diadili Justru Lolos dari Hukuman Mati)
(Baca juga: Dari 10 Hanya 1 Penembak dalam Hukuman Mati yang Berpeluru Tajam: Inilah Serba Serbi Prosedur Hukuman Mati Di Indonesia)?
Hukuman itu berlangsung di sebuah stadium olahraga di kota Donghai pada Sabtu (16/12) pukul 9:30 pagi waktu setempat.
Mereka dibawa ke stadion dengan menggunakan mobil terbuka.
Setiap mobil membawa satu terpidana dengan dikawal beberapa polisi.
Dalam rekaman video terlihat iring-iringan mobil membawa para terpidana mati.
Bahkan ada keluarga yang menangis sambil mengikuti sebuah mobil yang berisi salah satu terpidana.
Ini adalah kali ketiga pengadilan di Provinsi Guandong menggelar hukuman mati di depan publik sejak Juni 2017 lalu.
Pihak berwenang setempat berharap peristiwa ini dapat membantu mengedukasi publik yang melawan pelaku tindakan kriminal.
(Baca juga:Tradisi Hukuman Pancung Memang Mengerikan, Tapi Mengapa Masih Dipraktikkan di Sejumlah Negara?)
Total ada 12 terpidana yang menerima hukuman dari Pengadilan Shanwei Intermediate People dan Pengadilan Rakyat Lufeng.
Sekitar 10 di antaranya mendapat hukuman mati, dengan 7 diantaranya adalah pengedar narkoba, dan sisanya adalah pembunuh dan perampok.
Video yang ditayangkan di situs 163.com memperlihatkan seorang hakim mengumumkan para pelaku kriminal.
Kemudian pelaksanaan hukuman dilakukan di depan ribuan warga, termasuk para pelajar yang tidak berseragam.
Satu persatu para pelaku kriminal itu dibawa keluar dari stadium dengan kendaraan pengadilan disaksikan kerumunan masyarakat.
Menurut situs berita setempat Lufengshi.net, Pengadilan Rakyat Lufeng masyarakat mengetahui pengumuman pelaksanaan hukuman pada 12 Desember.
Pengumuman itu mengajak masyarakat untuk datang dan bergabung.
Dilansir dari situs MailOnline, Senin (18/12), pada 28 November, ada tiga pengendar narkoba yang dihukum mati di depan lebih dari 1.000 warga di sebuah lapangan di Jieyang.
Lalu, pada 24 Juni, sekitar 10.000 warga melihat 13 pelaku kriminal, yang juga pengedar narkoba, dihukum mati di sebuah stadium di Shanwei.
Menurut buku Kriminal, Hukum, dan Perubahan Masyarakat, fungsi dari ‘pertunjukan’ hukuman mati ini untuk mengedukasi masyarakat tentang kejahatan serius dan mencegah mereka melakukan hal yang sama.
(Baca juga:Dianggap Punya ‘Kekuatan Setan’, Perempuan Ini Diperkosa dan Dipenggal Setelah Suguhkan Ikan)
Dalam buku juga disebutkan ‘pertunjukan’ itu adalah sebuah bentuk perwakilan emotif rasa malu publik dan perilaku ketidaksanggupan moral dapat berperan.
Sementara media di China menyebut peristiwa pada Sabtu itu sebagai ‘tidak berperikemanusiaan’ dan ‘penghinaan’.
Seorang kolumnis bernama Shen Bin memberikan tanggapan di media Beijing News.
Ia mengatakan, meskipun tujuan pihak berwenang setempat untuk menakuti para kriminal di sana dan meningkatkan rasa aman di masyarakat, mereka seharusnya tidak melanggar garis dasar kemanusiaan yang dilindungi oleh hukum.
Selanjutnya Shen meminta untuk diakhirnya pelaksanaan hukuman mati di depan publik.
Kolumnis tersebut mengatakan Kantor Keamanan Publik Cina menerbitkan sebuah peraturan pada 1988, yang mencegah pengadilan mempermalukan para kriminal kepada masyarakat.
Mengomentari hukuman mati pada Juni lalu, William Nee dari Amnesty International mengatakan bahwa itu adalah ‘tragis’ dan ‘barbar’.
Untuk diketahui, Provinsi Guangdong yang terletak di sepanjang teluk China, menjadi tempat kriminal terkenal yang dihubungan dengan narkoba, khususnya penyeludupan lintas perbatasan.
Provinsi itu juga dikenal sebagai pembuat methamphetamine terbesar di China.
(Baca juga:Hannibal Barca, Panglima Perang Pasukan Gajah yang Memilih Bunuh Diri Daripada Menyerah)
Lebih dari sepertiga konsumsi methamphetamine di China dibuat para penduduk di Lufeng.
Menurut kantor berita Xinhua, tahun 2017, kepolisian Guangdong menangani lebih dari 13.000 kasus yang berhubungan dengan narkoba.
Mereka juga menahan lebih dari 16.000 tersangka, menangkap lebih dari 104.000 pengguna narkoba, dan memusnahkan 10,4 ton narkoba.