Penulis
Intisari-Online.com – Hati-hati bila ingin menato tubuh dengan tinta dari henna sekalipun.
Bagaimanapun juga, alergi pada tinta tato bisa-bisa membawa penyesalan di kemudian hari.
Dan begitulah yang dirasakan oleh Arran Maye (28 tahun) dari Leicester, Inggris.
Cerita berawal ketika Arran, yang berprofesi sebagai tukang ledeng, berwisata ke Spanyol bersama 20 temannya.
(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
(Baca juga:Luar Biasa! Bermodal Satu Tangan, Mantan Nelayan Ini Borong 5 Emas dan Pecahkan 3 Rekor ASEAN)
Di Negeri Matador itu ia dan teman-temannya mengunjungi kota Benidorm, yang tengah menggelar Festival Benidorm.
Nah, agar semangat festival itu kian terasa, ia memutuskan untuk membuat tato berbentuk kumis seharga 12 dolar AS (sekitar Rp150 ribu).
Tato dengan tinta henna itu membentuk kumis yang melintang khas para pria di Spanyol.
Sementara di bagian dagunya ditato berbentuk janggut kecil.
Namun, tato yang semula hanya untuk bersenang-senang malah mencelakai Arran.
Pasalnya, ia mengalami reaksi alergi akan tinta henna, hingga menjadi luka permanen.
Temannya, Adam Lewis, yang ikut menato kumisnya seperti Arran, tatonya hilang setelah beberapa hari.
Sementara tato pada Arran menjadi masalah.
(Baca juga:Dengan Tatapan Dingin dan Tato di Lehernya, Foto Tahanan Wanita Ini Tuai Banyak Pujian)
(Baca juga:Di Jepang Orang Bertato Bertato Dilarang Masuk Kolam Renang, Lho Kok Bisa?)
Ia mengalami rasa sakit dan wajahnya menjadi bengkak.
Sepertinya tinta henna yang dipakai membuat kumis itu dari jenis tinta yang illegal, yang disebut hena hitam dan mengandung bahan kimia PPD.
Bahan kimia itu menyebabkan suatu reaksi alergi yang parah sehingga Arran harus dirawat di ICU.
Konsekuensinya, luka di atas bibirnya menjadi permanen dalam bentuk kumis dan jambang.
Kata Arran, saat ia dan Adam ditato, seniman tatonya bilang bahwa lukisan kumis itu akan hilang alami dalam waktu 2 hingga 3 hari.
Atau, mereka bisa menghilangkannya dalam beberapa detik dengan menggunakan cairan pembersih kutek kuku.
“Bodohnya kami percaya pada seniman tato itu. Saat itu kami hanya ingin bersenang-senang dengan kostum kami,” cerita Arran pada Daily Mail, Senin (4/12).
Ternyata, masalah langsung timbul saat itu juga.
Awalnya semua berjalan baik tetapi tato itu mulai terasa gatal.
Keesokan harinya tato menjadi melepuh dan bengkak, kemudian di hari berikutnya wajah Arran menjadi seperti sebuah balon.
“Itu seperti wajahku mencoba mengeluarkan hena. Mulut menjadi monyong. Wajahku membesar dan menyakitkan. Aku sangat kesakitan,” cerita Arran.
Ia menambahkan, dokter bilang bahwa 100 persen aku akan memiliki luka itu setidaknya selama 6 bulan.
Luka itu benar-benar berbentuk kumis.
Mereka menyebutkan tentang cangkok kulit dan itu mungkin menjadi permanen.
Pada saat itu sejujurnya Arran tidak mau mendengarkan apa kata dokter.
(Baca juga:Aneh bin Ajaib, Ibu Rumah Tangga Ini Idap Alergi yang Menyebabkannya 'Menghindari' Pekerjaan Rumahnya)
(Baca juga:Anda Merasa ‘Alergi’ dengan Kehidupan Modern? Gurun Ini Siap Jadi Tempat ‘Pengungsian’)
Ia mencoba mengatasi masalah itu dengan obat rumahan, seperti pasta gigi, minyak zaitun, dan garam.
Kemudian ia mencoab tablet-tablet yang berbeda, krim, dan sabun yang dibeli di apotek.
Ketika terbang kembali ke negaranya, alergi Araan akan bahan PPD bertambah berat dan ia mulai kesulitan bernafas.
Begitu pesawat mendarat di Luton, teman-temannya segera membawa Arran ke Leicester Royal Infirmary.
Di rumah sakit itu Arran terpaksa dirawat di ruang ICU dan harus memakai oksigen selama dua malam di sana.
Obat-obatan membantu menghilangkan pembengkakan.
Tetapi, dokter bedah plastik memperingatkan Arran bahwa kemungkinan ia akan memiliki bekas luka itu sepanjang hidupnya.
Meskipun sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit, tukang ledeng itu masih bisa mentertawakan ketidak beruntungannya sendiri.
Kata Arran, ia mencoba melihat sisi lucunya karena ia tidak punya pilihan lain.