Perang Nuklir: Kita Ketar-ketir Memikirkan Dampaknya, Korut-AS Saling Tuduh Siapa yang Menginginkannya

Moh Habib Asyhad

Penulis

Intisari-Online.com -Ketika pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berkali-kali menegaskan bahwa militernya bisa menyerang AS menggunakan rudal nuklir kapan saja, Presiden Amerika Serikat Donald Trump langsung menanggapinya dengan penuh kegeraman.

Presiden Trump sebenarnya selalu tercengang kenapa Kim Jong-un yang dianggapnya “bocah gemuk dan pendek” itu sangat ingin menuklir AS padahal ulahnya bisa menciptakan malapetaka jika AS malah terleih dahulu menuklir Korut.

Jika mau, sejatinya sangat mudah bagi AS untuk menuklir Korut mengingat mereka punya pesawat pengebom nuklir, kapal selam yang bisa meluncurkan rudal nuklir, dan ribuan rudal nuklir yang bisa diluncurkan kapan saja.

(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)

(Baca juga:Keren! Meski Punya Keterbatasan Fisik, Nur Ferry Berhasil Persembahkan 4 Emas Bagi Indonesia, Bahkan Memecahkan 3 Rekor)

Tapi militer AS hingga saat ini belum berani menembakkan satu pun peluru ke Korut karena serangan militer AS ke Korut otomatis akan memicu meletusnya perang.

Sedangkan Korut yang “hanya” memiliki puluhan rudal balistik, yang diklaim bisa dipasangi hulu ledak nuklir, dan tidak memiliki pesawat pengebom nuklir serta kapal perang yang bisa meluncurkan rudal nuklir, sudah beberapa kali meluncurkan uji rudal balistik hingga rudalnya jatuh ke “wilayah musuh”.

Korut yang sangat ingin menuklir AS itu membuat Trump menuduh Kim Jong-un sebagai pemimpin yang “selalu mengemis-ngemis” minta perang nuklir.

Presiden Trump sebenarnya sudah menegaskan jika Korut memang menginginkan perang, militer AS sudah siap.

Latihan-latihan perang militer AS bersama militer Korsel dan Jepang pun sudah sering digelar. Simulasinya adalah menyerang Korut sehingga pasukan gabungan itu bisa diperintahkan menggempur Korut kapan saja.

Pentagon yang sangat jengkel dengan Korut pun telah menyiapkan skenario tempur khusus. Untuk melumpuhkan ancaman nuklir Korut satu-satunya cara yang bisa ditempuh adalah melalui serangan darat.

Militer AS sebenarnya memang selalu dalam kesiagaan tertinggi untuk kapan saja meyerang Korut apalagi setelah Korut melakukan uji peluncuran rudal balistik pada hari Rabu (29/11).

Rudal balistik yang sukses diluncurkan Korut dan jatuh di Laut Jepang itu membuat Presiden Trump makin senewen.

Pasalnya kemampuan rudal balistik Korut, sesuai pernyataan Menteri Pertahanan AS Jim Mattis, memang bisa menghantam semua daratan AS dan tidak hanya Guam.

(Baca juga:Orang Desa di China Ini Ditetapkan Jadi Miliarder Baru Setelah Tak Sengaja Menemukan Batu Empedu Babi)

(Baca juga:Punya Harga Jual Hingga Ratusan Juta, Kenapa Muntahan Paus di Bengkulu Justru Perlu Dikhawatirkan?)

Pascauji peluncuran rudal balistik itu, Trump, yang makin geram karena Korut ternyata tidak menggubris sanksi ekonomi yang telah dijatuhkan PBB, kembali mengajak berbagai negara terutama China dan Rusia untuk meningkatkan embargo ekonomi terhadap Korut.

Presiden Trump juga menekankan uji coba peluncuran rudal balistik oleh Korut semakin mendekatkan Korut dan AS untuk berkofrontasi secara militer bahkan bisa segera memicu perang nuklir.

Pernyataan Presiden Trump yang menekankan bahwa AS-Korut berada di ambang perang nuklir itu, membuat Menteri Luar Negeri Korut, Ri Yong Ho, balik menuduh Presiden Trump sebagai “orang yang mengemis-ngemis” meminta perang nuklir.

Maka bisa disimpulkan kedua pemimpin negara yang berseteru itu dalam kondisi terkini sebenarnya ada dalam posisi “saling mengemis-ngemis perang nuklir”.

Yang pasti jika AS sampai menyerang Korut atau sebaliknya, meskipun tidak menggunakan senjata nuklir, pecahnya Perang Korea II memang tidak bisa dicegah.

Dan yang paling dirugikan dalam peperangan adalah selalu warga sipil—baik dari Korut maupun Korsel.

Lebih-lebih jika Korut—atau Amerika—sampai menggunakan senjata nuklir.

Para pengamat militer di Pentagon memang sudah mempredeksi sedikitnya 2 juta orang akan tewas dan sekitar 7,7 juta orang akan terluka jika Korut sampai menyerang Korsel dan Jepang menggunakan rudal nuklirnya.

Prediski Pentagon itu sangat masuk akal mengingat faktanya Korut sudah bebarapa kali meluncurkan uji coba rudal balistiknya melintasi wilayah udara Jepang tanpa ada upaya menembak jatuh rudal.

Bukti belum ada satu rudal balistik pun yang berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan antirudal yang selalu digelar baik oleh Jepang maupun Korsel menunjukkan bahwa Korsel dan Jepang sebenarnya merupakan sasara empuk rudal-rudal Korut.

Maka jika Kim Jong-un dan Donald Trump yang dalam kondisi saling mengemis-ngemis terjadinya perang nuklir itu sampai dituruti maka keduanya harus siap menghadapi malapetakan kemanusian yang sangat mengerikan.

Sementara di sisi lain, kita sebagai warga sipil sangat ketar-ketir memikirkan dampaknya.

Artikel Terkait