Find Us On Social Media :

Cara Unik Warga Karangasem, Bali, Mendatangkan Hujan: Menggelar Tarian Sakral nan Magis Warisan Kerajaan

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 28 November 2017 | 16:04 WIB

Tarian gebug ende ini diiringi tetabuhan terdiri atas kendang, cengeang, reog, kempul, dan gong.

Begitu gamelan ditabuh, dua penari itu mulai "gatal" memukul, dan terjadilah adegan saling gebug.

Tarian ini dipimpin seorang wasit, untuk menentukan menang kalah dan menghentikan permainan.

(Baca juga: Gunung Agung Masuk Tahap Kritis, Bali Mendadak Tegang)

Menurut keyakinan warga, bila penari yang digebug mengeluarkan darah, maka hujan akan segera turun.

Anehnya, sekalipun penari luka memar dan berdarah-darah, di antara mereka tidak muncul rasa permusuhan.

Luka pun tidak diobati secara medis, cukup dengan daun sirih dan luka itu berahgsur-angsur sembuh.

Sebagai contoh, saat menghadapi kemarau panjang tahun 1997, tiap Banjar (setingkat rukun warga atau kampung) tanpa dikomando menyelenggarakan tarian gebug ende.

Hasilnya, daerah itu dua kali diguyur hujan. Suatu kebetulan? (Kartiana)

(Artikel ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 1999)