Penulis
Intisari-Online.com -Suasana di Pos Pantau Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Bali, mendadak tegang pada Selasa (28/11) siang.
Petugas pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meminta warga meninggalkan pos pantau yang letaknya 12 kilometer dari kawah Gunung Agung.
Rupanya terjadi tremor terus-menerus (overscale) yang terjadi pada pukul 13.30-14.00 Wita.
(Baca juga:Erupsi Gunung Agung: Apakah Debu Letusan Gunung Berapi Berbahaya Bagi Pesawat Terbang?)
(Baca juga:Bermodal Truk, para Relawan Ini Evakuasi Hewan Ternak dan Peliharaan dari Ancaman Gunung Agung)
“Bapak-bapak, warga sekalian mohon segera tinggalkan tempat ini,” kata salah seorang petugas.
Mendapat instruksi demikian, warga langsung meninggalkan pos pantau berikut wisatawan mancanegara yang ada di lokasi ini.
Rupanya warga diminta pergi karena kondisi Gunung Agung semakin mengkhawatirkan.
Kasubid Mitigasi Bencana Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) I Gede Suantika mengatakan, selama krisis Gunung Agung, gempa tremor terjadi terus menerus dan fenomena ini baru pertama kali terjadi.
Menurutnya, kondisi yang terjadi menunjukkan Gunung Agung memasuki fase kritis menuju letusan lebih besar.
“Sudah masuki fase yang sangat kritis untuk erupsi yang lebih besar. Seperti material vulkanik cukup besar, baru kali ini mencatat adanya tremor overscale,” kata Suantika.
(Baca juga:Gunung Agung, 'Ring of Fire', dan 'Keakraban' Indonesia dengan Letusan Gunung Berapi)
Gempa overscale adalah gempa dengan amplitudo melebihi 23 mili meter.
Dengan kata lain mencapai titik maksimal rekaman seismograf, bahkan lebih.
Karena itu warga diminta menjauh dari pos pantau untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Gempa overscale secara terus-menerus ini rupanya tertangkap oleh seismograf di 11 titik yang terpasang di sekitar Gunung Agung.
“Kita antisipasi hal-hal buruk,” kata Suantika.
(Robinson Gamar)
(Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul "Gunung Agung Masuk Fase Kritis, Warga Diminta Jauhi Pos Pantau")