Find Us On Social Media :

Inilah 7 Tanda Fisik yang Tunjukkan Diri Kita Ketika Sedang Stres, Salah Satunya Bibir Pecah-pecah

By Mentari Desiani Pramudita, Minggu, 19 November 2017 | 19:30 WIB

Stres dan kecemasan bisa menyebabkan sakit kepala, gangguan tidur dan perubahan mood.

Intisari-Online.com – Tidak semua orang menunjukkan bahwa dia sedang stres. Biasanya beberapa orang berhasil merahasiakan apakah dia sedang stres atau tidak.

Atau malah tidak tahu sama sekali bahwa ia sedang mengalami stres.

Nah, untuk mengetahui apakah seseorang sedang mengalami stres dan berada di bawah tekanan, ada cara untuk mengeceknya.

Charlotte Watts, penulis The De-Stress Effect, percaya bahwa nutrisi memainkan peran penting dalam bagaimana tubuh merespon stres.

(Baca jugaInilah Alasan Kenapa Menghabiskan Waktu di Alam Bebas Bisa Menurunkan Tingkat Stres)

(Baca juga: Hati-hati! Stres Saat Hamil Bisa Sebabkan Gangguan Kognitif Pada Bayi )

Berbicara kepada Healthista, Watts menjelaskan bahwa gejala stres seringkali dikaitkan dengan defisiensi vitamin dan mineral.

“Masa stres menggunakan sebagian besar nutrisi lebih cepat karena keseluruhan sistem kita termasuk energi, respons otak, hormon, dan kekebalan semuanya bekerja pada tingkat yang lebih tinggi dan lebih cepat,” kata Watss dilansir independent.co.uk.

Tambah Watss, hal inilah yang dapat menyebabkan kita kekurangan vitamin dan mineral.

Inilah 7 ciri-ciri fisik seseorang sedang stres berserta apa vitamin dan mineralnya yang kurang:

Bibir pecah-pecah (vitamin B6), kertak (vitamin B5), bintik putih pada kuku (seng), konstipasi dan diare (magnesium), gusi berdarah (vitamin C), timbul bintik pada anggota tubuh (vitamin E), dan infeksi tenggorokan dan dada (vitamin A).

Sebuah studi yang dilakukan di University of California, San Francisco (UCSF) menemukan bahwa wanita yang mengalami stres akibat kejadian traumatis memiliki risiko lebih tinggi terkena obesitas daripada mereka yang jarang merasa stres.

“Kami tahu bahwa stres mempengaruhi perilaku, termasuk orang-orang yang jadinya makan berlebihan,” kata Michelle A. Albert, profesor medis di UCSF sekaligus penulis studi.