Find Us On Social Media :

Perang Saudara di Spanyol, Ajang Pemanasan Menyambut Perang Dunia II yang Banjir Darah

By Moh Habib Asyhad, Senin, 30 Oktober 2017 | 11:00 WIB

Intisari-Online.com - Perang saudara di Spanyol antara kaum Republik yang condong ke kiri melawan kaum Nasionalis kanan yang memberontak, berlangsung sengit dan  brutal.

Perang yang mengakibatkan sedikitnya 600 ribu orang kehilangan nyawa ini berlangsung selama 33 bulan, dari Juli 1936 hingga Maret 1939.

Perang saudara yang akhirnya dimenangkan pihak Nasionalis itu, ternyata memiliki aspek lebih luas: sebagai ajang pemanasan untuk Perang Dunia II, terutama oleh  Jerman Nazi dan fasis Italia. Juga Uni Soviet yang komunis.

Tragedi perang saudara Spanyol bermula dari benih-benih dalam sejarahnya yang penuh dengan perpecahan, ketidak-adilan, dan kekerasan.

(Baca juga: Petaka Gettysburg, Sisi Brutal Perang Saudara AS yang Menelan Korban 51.000 Jiwa dan 3.000 Ekor Kuda)

Antara tahun 1870-1921, tak kurang dari empat perdana menterinya dibunuh. Pergolakan buruh yang menentang eksploitasi tenaga mereka, juga acap terjadi.

Banyak tuan tanah menguasai sebagian besar tanah pertanian, sementara jutaan petani hidup di bawah garis kemiskinan.

Tahun 1931 Raja Alfonso XIII menyetujui pemilu, yang ternyata dimenangkan oleh kaum Republikan yang menghendaki penghapusan sistem monarki.

Raja Alfonso rupanya menyadari situasi itu, dan ia pun bersedia lengser. “Hasil pemilu menunjukkan saya tidak lagi dicintai oleh rakyat saya,” katanya.

Namun kekuasaan Republik pun tidak lepas dari berbagai gejolak dan kekerasan. Para petani kini makin berani memberontak terhadap tuan tanah, membunuhi bekas majikannya atau mengusir mereka.

Begitu pula kaum buruh seperti mendapat angin dan sering melakukan kekerasan dalam protesnya.

Gereja Katolik di Spanyol yang sejak dulu bertautan erat dengan kekuasaan monarki, menentang upaya pemerintahan Republik untuk memisahkan Gereja dengan negara, serta menjadi pendukung golongan kanan.