Penulis
Intisari-online.com - Malam tinggal sepertiga. Hawa dingin membuncah menyelimuti malam. Beberapa jam sebelum pagi, seorang perempuan tua bersimpuh di sajadah kusam sembari menengadahkan tangan ke langit.
Doa-doa dia rapalkan. Bukan untuk dirinya. Namun untuk kesuksesan karier dan kebahagiaan anak laki-laki terkasihnya yang merantau ke ibukota.
Anak yang sudah lima tahun tidak pulang kampung untuk menengoknya.
Di perantauan, si anak laki-laki tengah berjuang meretas kariernya. Tiap hari dia bekerja keras dan cerdas, juga tak lupa selalu berdoa untuk kemajuan kariernya.
Cita-citanya satu, ingin menjadi direktur di perusahaan tempat dia bekerja.
(BACA JUGA:Cinta Suci Rahwana)
Hingga akhirnya tangan Tuhan yang ajaib bekerja. Cita-cita si anak laki-laki itu terkabul. Promosi demi promosi dia dapatkan. Jabatan direktur pun jatuh ke genggamannya.
“Sayangku, Tuhan telah menjawab doa-doa dan usaha kerasku selama ini. Akhirnya aku dipercaya jadi direktur,” kata si anak laki-laki sambil merangkul istrinya.
Dia yakin bahwa apa yang digapainya selama ini adalah berkat kerja keras dan doa-doanya semata.
Mungkin keyakinan si anak laki-laki itu benar. Tapi mungkin juga tidak.
Apakah ada yang menjamin bahwa jawaban Tuhan tersebut adalah berkat doa-doa dan kerja keras si anak lelaki?
Atau, yang dijawab Tuhan sebenarnya justru doa ibu tua di kampung yang rela melantunkan doa untuk anaknya di dinginnya malam?
Andai ibu tua tersebut tidak berhati besar dan mendoakan buruk untuk anak yang telah melupakannya, kira-kira jawaban apa yang akan diberikan Tuhan?
Hal ini memang tidak ada rumus ilmiahnya.
Namun, seorang bijak di kampung pernah berkata, “Sukses atau tidaknya seseorang tergantung pada ridho Tuhan. Dan, ridho Tuhan ada di ridho orangtua, terutama ibu.”
(BACA JUGA:Kisah Nyata Buat Anda Yang Punya Karier Keren: Sukses, Kaya Raya, Tapi Mati Muda)