Penulis
Intisari-Online.com – Jim adalah seorang dokter Kanada yang mulai berpraktik di awal abad ke-20. Ia dikenal karena komitmennya yang luar biasa terhadap kesehatan pasiennya.
Misalnya, saat praktik, seorang wanita yang tinggal di sebuah peternakan yang terisolasi hendak melahirkan bayinya dan harus segera mendapat pertolongan medis, Jim langsung berangkat.
(Baca juga:Mulai dari Pidato Jokowi Hingga Pakaian Adat, Inilah Hal-hal yang Pukau Warga Negara Asing di Istana Merdeka)
Padahal hari itu saat musim dingin yang sangat dingin dan jalan-jalan tidak bisa digunakan. Jim yang tidak terpengaruh memakai sepatu ski-nya dan melanjutkan perjalanan.
Hujan salju di jalan membuat perjalanannya semakin sulit sehingga ia sampai ke peternakan itu melalui samping jalan. Pada satu titik, ia tersandung pagar dan terjerat dalam kawat.
Ia membebaskan dirinya sendiri, meneruskan ke rumah peternakan itu, membantu bayi itu lahir, dan setelah cuaca cerah, kembali ke mobilnya.
Orang-orang mengenal Jim mengatakan bahwa dedikasi semacam itu adalah dokter yang baik. Itulah rasa yang ditanamkan kepadanya oleh ayahnya.
Suatu hari, putra Jim, Walter, datang menemui ayahnya dan berkata, “Ayah, saya mendapat 99% matematika di buku laporan saya.”
(Baca juga:Mereka yang Pindah Warga Negara karena Janji yang Diingkari Indonesia)
Ayahnya menjawab, “Bagus sekali, tapi kamu adalah warga negara yang baik.”
Beberapa dekade kemudian kata-kata itu masih menantang Walter. “Saya ingat ucapan itu selama 45 tahun terakhir ini,” katanya. “Apakah saya menjadi warga negara yang baik?”