Gara-Gara Pesawatnya Tertembak Jatuh, Presiden Amerika Serikat ke-41 Nyaris Dimakan Pasukan Jepang yang Kelaparan

Moh Habib Asyhad

Penulis

Intisari-Online.com -Presiden AS ke-41, George HW Bush, pernah menjadi pilot tempur dalam Perang Dunia II. Ia turut terlibat dalam peperangan hebat di kawasan Iwo Jima, Pasifik

Pesawat tempur yang diterbangkannya, Grumman TBF Avenger, bahkan pernah tertembak jatuh dan George Bush sendiri nyaris kehilangan nyawanya.

Iwojima menjadi target serbuan pasukan Sekutu pada pertengahan 1944.

Pulau ini merupakan pulau terdepan yang jaraknya hanya 575 mil dari pinggiran pantai Jepang.

(Baca juga:Jadi Presiden Amerika dan Lahir di Tahun yang dapat Dibagi 20, ‘Kutukan Maut’ Siap Menyambut)

Didorong oleh semangat tempur yang makin menyala-nyala, pasukan Sekutu pun bertekad menguasai pulau Iwo Jima yang saat itu dipertahankan oleh lebih dari 25 ribu pasukan Jepang.

Sama dengan pasukan Sekutu, seluruh pasukan Jepang yang bertahan di Iwo Jima pun memiliki prinsip bertempur habis-habisan sampai mati.

Serbuan ke Iwo Jima melalui operasi pendaratan amfibi oleh pasukan Sekutu yang dimotori pasukan AS rencananya akan berlangsung pada bulan Juni 1944.

Panglima komando operasi serbuan ke Iwo Jima saat itu, Laksamana Madya Mard Mitscher memerintahkan menggempur dulu Iwo Jima melalui bombardemen dari meriam kapal-kapal perang dan gempuran bom dari udara.

Blokade laut juga dilakukan oleh pasukan AL Sekutu sehingga Iwo Jima menjadi pulau yang terisolir dan kapal-kapal transpor dari Jepang serta pulau lainnya yang bermaksud berlayar ke Iwo Jima tidak berani melintas.

Akibat blokade laut itu bahan makanan pasukan Jepang di Iwo Jima mulai menipis dan semua prajurit terancam kelaparan.

Selain dipertahankan oleh ribuan pasukan marinir, Iwo Jima juga memikiki sejumlah pangkalan untuk kapal-kapal perang dan pesawat tempur.

Semua perimeter pertahanan di darat sangat tersembunyi dan umumnya lokasi pertahahannya berupa sarang meriam serta senapan mesin di bawah tanah.

Pasukan Jepang di Iwo Jima juga masih memiliki stasiun cuaca, sejumlah kapal selam dan kapal perang (gunboat), dan kapal-kapal penyapu ranjau.

Semua fasilitas dan alutsista milik militer Jepang yang lokasinya berada sejauh 150 mil di sebelah utara Iwo Jima, yakni pulau Chichi Jima, dalam operasionalnya dikendalikan melalui sistem relay komunikasi radio yang pemancarnya berada pada dua puncak gunung tertinggi.

Karena merupakan sistem komunikasi yang sangat vital bagi koordinasi antar unit dan satuan bagi militer Jepang di Iwo Jima, pasukan Sekutu pun menjadikan dua pemancar radio yang berada di dua puncak gunung itu sebagai sasaran yang harus dihancurkan secepatnya melalui serangan udara.

Berdasar perintah Laksamana Mitscher, kedua pemancar harus hancur terlebih dahulu sebelum operasi pendaratan amfibi ke Iwo Jima digelar.

Tapi untuk menghancurkan kedua menara pemancar radio itu tidak mudah karena dilindungi oleh lusinan meriam antiserangan udara.

Serangan udara untuk menghantam dua pemancar radio dilaksanakan pada 3 September 1944 pagi dan melibatkan empat pesawat pengebom TBF Avengeryang terbang dari kapal induk USS San Jacinto.

Pesawat TBF Avengermerupakan pesawat pengebom torpedo tapi juga bisa digunakan untuk melepaskan bom-bom konvensional dan biasanya diawaki oleh tiga orang.

Setelah melesat ke udara keempat Avengerakan bertemu dengan empat pesawat Hellcat yang terbang dari kapal induk USS Enterprise. Semua pesawat tempur yang masing-masing membawa empat bom seberat 250kg selanjutnya terbang menuju sasaran yang saat itu sudah dilindungi secara rapat oleh moncong-moncong meriam antiserangan udara yang siap menyalak.

Salah satu pilot Avenger merupakan pilot berusia termuda dan masih berumur 22 tahun. Dialah Letnan Muda George H W Bush yang kelak akan menjadi Presiden AS.

Kehadiran semua pesawat pengebom AL AS di atas udara Chichi Jima sekitar satu jam kemudian, langsung disambut gempuran tembakan meriam antiserangan udara.

Tapi semua pesawat tetap terbang melaju lalu membuat manuver 30 derajat selanjutnya menukik menuju target (dive bombing) seraya melepaskan bom.

Ledakan bom yang berjatuhan seolah bersaing dengan suara tembakan meriam antiserangan udara yang terus memuntahkan peluru kaliber 30 mm-nya.

Goerge Bush sendiri mendapat giliran ketiga untuk melancarkan serangan menuju sasaran yang kini telah dipenuhi asap itu.

Ketika sedang melakukan manuver 30 derajat sambil mengincar sasaran, Avenger yang diterbangkan Bush tiba-tiba terhantam peluru meriam antiserangan udara dan mesinnya mulai mengepulan asap.

Tapi baik Bush maupun kedua rekannya, John Delaney yang merupakan operator radio dan William White, operator senjata dan bom tidak terluka. Kendati Avengertertembak, Bush tetap mengarahkan pesawatnya menukik menuju sasaran lalu melepas semua bom.

Pelepasan semua bom secara linear berhasil menghantam sasaran dengan tepat dan Bush berusaha keras mengendalikan laju Avenger yang sudah dalam kondisi terbakar untuk secepatnya kembali ke kapal induk.

Tapi ketika baru mencapai setengah perjalanan Avenger mulai kehilangan tenaga dan Bush memerintahkan kedua rekannya untuk melompat menggunakan parasut (bail out).

John Delany berusaha melompat tapi parasutnya tidak mengembang sehingga operator radio ini pun gugur. Sementara William White tidak berhasil keluar dan gugur bersama jatuhhya Avenger.

Bush sendiri berhasil bail out tapi parasutnya tidak mengembang sempurna dan sempat tersangkut pada ekor pesawat.

Namun, Bush yang kemudian meluncur jatuh ke air laut ternyata selamat dan empat jam kemudian berhasil dievakuasi oleh kapal selam AS, USS Finback.

Setelah itu Bush untuk beberapa bulan bergabung dengan para awak USS Finback dan pada suatu kesempatan pernah melakukan evakuasi terhadap pilot yang bail out dan berhasil mengapung di lautan.

Ketika Avenger Bush tertembak jatuh sejumlah pesawat AS lain juga tertembak dan ada beberapa pilot yang bail out serta mendarat di kawasan pulau Chichi Jima.

Tapi para pilot AL AS yang nahas itu kemudian menjadi tawanan pasukan Jepang. Pihak AL AS mencatat ada 9 pilot yang tertangkap Jepang.

Hingga operasi pendaratan amfibi secara besar-besaran digelar pasukan Sekutu pada 3 Februari 1945, operasi tempur yang mengerahkan ribuan kapal perang dan pesawat tempur itu telah mengakibatkan lebih dari 100 personel awak pesawat AL AS bail out.

Tetapi hanya tiga orang yang berhasil dievakuasi, salah satunya adalah George Bush sendiri.

Personel lainnya selain tertangkap pasukan Jepang, diduga telah tewas.

Ketika PD II berakhir dan berdasar penyelidikan banyak personel pasukan Jepang di Iwo Jima diadili sebagai penjahat perang, salah satu penyelidikan yang dilakukan militer AS adalah untuk mengetahui 9 pilot AL AS yang pernah ditawan.

Satu pilot diserahkan pasukan Jepang tetapi 8 pilot lainnya ternyata raib tak tentu rimbanya.

Setelah diselidiki secara mendalam kedelapan pilot AL AS itu ternyata telah dibunuh dengan tebasan samurai, tubuhnya dimutalasi, dan secara sistematis dimakan oleh para pasukan Jepang yang kelaparan.

Cara makan daging para pilot nahas itu adalah diris kecil-kecil lalu ditelan bersama sake.

Nama-nama kedelapan pilot AS yang dimutilasi dan dimakan pasukan Jepang itu antara lain, Radioman Jimmy Dye, (New Jersey),Navy Pilot Floyd Hall (Missouri) ,Navy Aviation Radioman Marve Mershon (California), Marine Pilot Warren Earl Vaughn (Texas),Navy Aviation Radioman Dick Woellhof (Kansas),Aviation Gunners Grady York (Florida),Navy Aviation Gunner Glenn Frazier (Kansas), dan Navy Pilot Warren Hindenlang (Massachusetts).

Dalam peperangan yang brutal dan dilanda kelaparan hebat memang kadang terjadi para prajurit terpaksa memakan daging manusia.

Perintah untuk membunuh para pilot AL AS itu ternyata berasal dari panglima yang memegang kendali pasukan Jepang di Chichi Jima, Jenderal Yoshito Tachibana dan para staf perwiranya.

Para perwira pelaksana mutilasi antara lain Letkol Kikujima dan Kapten Noboru. Jenderal Tachibana dan dua perwira stafnya setelah diadili kemudian dihukum mati dengan cara digantung.

Pihak militer AS sebenarnya sulit mempercayai jika para pasukan Jepang yang bertempur di Chichi Jima telah memakan para pilotnya.

Tapi penyelidikan yang pernah dilakukan juga telah membuktikan ketika para pilot AS melancarkan serangan ke Jepang pada awal PDII, 18 Agustus 1942, yang dikenal dengan Dollitle Raid, sejumlah pesawat pengebom telah tertembak jatuh dan pilotnya ditawan.

Para pilot tawanan ituada juga yang dihukum pancung dan ada yang organnya diambil untuk dimakan melalui suatu upacara tradisi militer.

Dengan demikian adalah nasib yang sangat mujur bagi George Bush karena setelah pesawatnya tertembak jatuh dan susah payah bail out, ia berhasil dievakuasi oleh tim SAR AL AS.

Jika Bush sampai tertangkap pasukan Jepang bisa dipastikan dirinya akan dibunuh, dimutilasi, dan disantap pasukan Jepang yang kelaparan.

Bila itu terjadi, tidak akan pernah ada George Bush yang di kemudian hari sukses menjadi Presiden AS ke-41.

Artikel Terkait