Penulis
Intisari-Online.com -Katanya banyak orang pernah bertemu dengan hantu, namun perjumpaan dengan hantu yang dilakoni seorang spesialis pemburu dan ilmuwan "hantunologi", mungkin suatu paparan tersendiri seperti ulasan ini.
Ruangan itu gelap sekali, penyelidik hantu yang hatinya ketar-ketir itu sama sekali tak merasa apa-apa.
Tiba-tiba terdengar suara ibu Rosalie tersendat-sendat lirih, sambil berkata: "Sayangku ..."
"Ssstt ... Rosalie sudahdatang, jangan bicara," bisik seseorang yang duduk di sebelah ibu itu.
(Baca juga:Misteri Bola Petir yang Menyelinap Bak Hantu ke Dalam Rumah)
Barulah penyelidik hantu itu tegang dan sadar, ada sesuatu yang muncul dan makin mendekat. Terasa juga ada sesuatu berbau aneh, tapi tak jelas berasal dari mana.
Setelah beberapa saat, penyelidik itu meminta izin ibu Rosalie, agar dia boleh menjamah "Rosalie".
Ketika tangannya diulurkan, dia terkejut karena merasa menyentuh tubuh hangat seorang anak yang tak berpakaian.
Ketika tangannya menyentuh pipi gadis cilik itu, dia merasa menyentuh pipi yang lembut dan hangat.
Lalu terdengar desah napas gadis "Rosalie" itu. Tangan penyelidik itu turun dan meraba dada telanjang gadis kecil itu, dia pun merasakan detak jantung.
Di ruangan gelap itu, tangan penyelidik itu terus meraba lembut punggung, paha sampai ke kaki.
Semuanya memang cocok, itulah tubuh lembut seorang gadis cilik seusia "Rosalie" - gadis cilik yang meninggal enam tahun lampau karena difteri.
Rambutnya yang terjurai sampai ke bahu, seharusnya indah di tubuh gadis yang tingginya sekitar 1,12 m.
Penyelidik ini minta izin lagi, agar diperbolehkan lebih dekat dengan "Rosalie", sehingga kedua tangannya betul-betul dapat merasakan setiap inci tubuh gadis cilik itu.
Saat itu timbul perdebatan dalam dirinya, jika "Rosalie" ini memang betul makhluk halus, ternyata tubuhnya memang tak berbeda dengan manusia hidup.
Semua bagian tubuh itu, sesuai dengan apa yang dimiliki seorang anak seusia "Rosalie".
Atas izin ibu Rosalie pula, penyelidik itu dengan alat penerang yang bercahaya lembut, berusaha melihat wujud "Rosalie" yang berada di mukanya.
Samar-samar dia melihat bentuk tubuh normal seorang gadis cilik berkulit lembut tanpa noda. Matanya jernih dan kedua bibirnya terkatup rapat.
Mulailah si penyelidik mengajak bicara "anak" ini selama satu menit.
"Kamu tinggal di mana Rosalie?"
(tak ada jawaban)
"Apa yang kamu lakukan di sana?"
(tak ada jawaban)
"Apa kamu punya teman di sana?"
(tak ada jawaban)
"Apa kamu punya mainan di sana?"
(tak ada jawaban)
"Apa kamu punya binatang pelihardan?"
(juga tak ada jawaban)
Pertanyaan yang diajukan perlahan dengan memberikan tenggang waktu: untuk menjawab.
Tapi "Rosalie" hanya memandang kosong: seperti tak mengerti. Kemudian penyelidik itu mengajukan satu pertanyaan terakhir: "Rosalie, apakah kamu sayang pada ibumu?"
Tampaknya garis muka gadis ini berubah, matanya mulai berkedip. Mulutnya yang terkatup, terbuka sejenak dan keluar seucapan kata lirih: "Ya."
Ibu "Rosalie" tak tahan lagi, dia menangis dan memeluk "putrinya".
Tak lama kemudian, "Rosalie" pun menghilang secara misterius, sama misteriusnya seperti ketika dia muncul ... tanpa suara.
Begitu "Rosalie" menghilang dan seance (pertemuan dengan roh orang mati) itu selesai, penyelidik itu langsung memeriksa semua tanda yang diletakkan di pintu, jendela, cerobong asap serta semua alat rumah tangga yang ada dalam ruangan itu.
Tapi dia tak menemukan sesuatu yang aneh, keadaannya sama saja seperti sebelum peristiwa pertemuan dengan "Rosalie".
Pemburu hantu yang gigih
Itulah pengalaman fisik yang dialami Harry Price (1881- 1948), salah satu pemburu hantu terkenal di Inggris yang menghabiskan sebagian besar hidupnya, serta paling banyak menghabiskan uang untuk eksperimen dan penyelidikan segala aspek yang ada hubungannya dengan roh halus.
Pertemuan dengan "Rosalie" merupakan kasus paling ajaib yang dialami Price. Pengalaman itu memberikan kesan mendalam bagi penyelidikannya, hingga terbitlah buku pembahasannya soal hantu yang laris.
Nama Price memang menanjak, apalagi Price saat itu merupakan wakil penyelidik Eropa dalam semacam yayasan penyelidikan masalah "roh halus" dari Amerika Serikat.
Aktivitas Price kian meningkat, dia makin gandrung mencari, meneliti dan kemudian membuktikan gejala "dunia luar" dengan pendekatan ilmiah.
Bahkan pada tahun 1931, Price melakukan penyidikan peristiwa seance, lalu membuktikan kalau adanya "hantu" palsu hasil tipuan seorang medium, kasus ini menggemparkan karena medium itu ditangkap dengan tuduhan menjadi tukang sihir.
Juga Price tak segan melakukan perjalanan ke Jerman, Denmark, Austria, Prancis, dll. hanya untuk membenarkan atau menyangkal kasus hantu yang ditelitinya.
Salah satu bukunya yang terkenal, The Most Haunted House in England (1940) yang memuat kasus rumah berhantu lengkap dengan foto-fotonya.
Lalu beberapa kali ia membuktikan kasus-kasus palsu, antara lain kebohongan besar perihal satu makhluk semacam musang yang pandai berbicara di Isle of Man, atau tipuan beberapa medium yang mengaku mampu berjalan di atas bara api sepanas delapan kali suhu air mendidih.
Menjelang akhir umurnya, Price mendirikan Ghost Club dan menerbitkan berbagai buku serta buletin soal eksplorasi dunia misteri.
Ketika Price meninggal dunia dalam usia 67 tahun, namanya sudah harum sebagai pakar utama dan penyelidik terbaik untuk hal gaib, upacara "takhayul" dan misteri hantu asli dan palsu.
Tertipu atau penipuan palsu
Setelah 16 tahun Price meninggal, David Cohen, peneliti hantu dari kelompok Manchester, menulis buku Price and his Spirit Child Rosalie, berisikan ulasan perjumpaan Price dengan "Rosalie" yang kontroversial dan menjadi buah tutur pakar roh halus Iainnya.
Tiba-tiba saja Cohen terhenyak, dia menerima sepucuk surat amat misterius. Surat itu bercap London dan tanpa alamat, namun bertanda tangan atas nama ... Rosalie!
Dalam surat bertulis tangan itu, sang penulis mengaku telah memerankan "roh Rosalie" atas permintaan orang tuanya yang berhutang kepada ibu Rosalie.
"Inilah satu-satunya cara untuk menghibur wanita keras itu," tulis Rosalie. Saat séance terjadi dan ada Harry Price, pengirim surat ini mengaku berada di antara orang-orang yang hadir.
Saat itu usianya baru 10 tahun, namun dia diharuskan berdandan sebagai wanita remaja mengenakan kutang dengan sumpalan kain, merias muka dengan gincu dan pupur, serta mengenakan sepatu hak tinggi.
Pada saat yang ditentukan, wanita ini diharuskan melepaskan seluruh pakaiannya dan menjadi ...."Rosalie".
Kasus perjumpaan Price dengan "Rosalie" tetap menjadi kasus penting dan mencolok perhatian.
Seorang teman baik Price, Mollie Goldney MBE, wakil pimpinan kelompok peneliti dunia roh halus, menceritakan kepada Peter Underwood (pimpinan Klab Hantu di London) dalam buku The Ghost Hunter, Who They Are and What They Do, 1985, perihal pertemuan pertamanya dengan Price sehabis peristiwa seance itu di rumah "Rosalie".
Dalam pertemuan pagi itu, dia menemukan Price dalam keadaan begitu bingung, malah mendekati stres.
Juga rekan Price lainnya, Lambert, mengisahkan kepada Peter betapa Price setelah bertemu "Rosalie" merasa amat tertekan dan bingung akibat pengalamannya yang melihat, meraba, dan berbicara dengan roh gadis cilik.
"Dia sepertinya tak bisa menerima fenomena itu sebagai kenyataan, topi dia juga tidak mau mengakui apakah hal itu benar atau tidak," tutur Lambert.
Sayangnya surat "Rosalie" dikirim 16 tahun setelah Price tiada.
"Kalau saja surat itu diterima Price pribadi, kasus ini pasti menjadi bahasan yang meluas, soal hantu palsu atau penipuan palsu," kata Cohen. (Dan berbagai sumber/Xenia)
(Artikel ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 1992)