Find Us On Social Media :

Kabar Duka: Manusia 161.000 Km HOK Tanzil Tutup Usia

By Ade Sulaeman, Jumat, 20 Oktober 2017 | 07:00 WIB

Bergelar akademis sebagai professor emeritus bidang mikrobiologi Universitas Indonesia, selain menulis jurnal ilmiah sebanyak 184 buah, Om Hok telah menulis feature perjalanan atau wisata sebanyak 16 buku.

Karyanya dahulu dimuat secara berkala di Majalah INTISARI serta diterbitkan ulang dalam bentuk buku oleh beberapa penerbit.

Royalti dari tulisan-tulisan perjalanan ini beliau salurkan ke beberapa badan sosial.

Perjalanan pribadi Om Hok bersama sang istri, Ellia Chandra Tanzil, yang dituangkan ke dalam berbagai tulisan, mayoritas dilakukan setelah masa pensiun.

Jumlah negara yang dikunjungi mencapai 238 negara, dan melintasi perbatasan sebanyak 741 kali.

Data ini tercatat di dalam 15 paspornya.

Sembari menyantap sate kambing serta gulai—kebiasaan yang sebaiknya tidak ditiru, demikian komentar Kunadi Tanzil, karena makanan ini memiliki kandungan kolesterol tinggi—Om Hok berkisah, ia mulai aktif menulis buku harian sejak 14 Januari 1946.

Soal desain atau penampilan fisik diary tidak dipersoalkan, tetapi sebaiknya memiliki ukuran sama dengan sebelumnya, agar mudah disusun.

Selain itu, setiap halaman memiliki tanggal dan di bagian depan atau belakang dilengkapi peta dunia.

“Dalam sebuah perjalanan naik kereta di Eropa, saya pernah ketinggalan buku harian,” kenang kelahiran Surabaya 16 Juli 1923.

“Sedihnya bukan main. Sampai di stasiun tujuan saya melaporkan kehilangan ini dan kami bermalam di kota itu, dengan harapan si buku harian ketemu.”

Kepala stasiun pun mengirim telegram kepada jaringan kereta api yang digunakan Om Hok dan sang istri.

“Percaya tidak percaya, esok paginya saat saya ke stasiun, saya diberitahu bahwa diary saya masih ada di tempat kami duduk,” lanjut kakek yang memiliki dua anak perempuan dan satu lelaki ini.

“Saat kereta memasuki stasiun, dari jauh saya bisa melihat masinisnya bersemangat melambai-lambaikan diary saya!”

Moral story yang ingin disampaikan Om Hok adalah: bahwa di dunia ini, masih terdapat begitu banyak orang baik dan penolong.

“Kita mesti berpikir positif bahwa pasti ada saja jalan dan bantuan, utamanya dari warga setempat. Sebagai orang lokal, mereka lebih memahami situasi tempat mereka dibanding kita. Itulah mengapa setiap kali mendarat di negara asing saya selalu mendatangi konter informasi wisata untuk menanyakan titik wisata paling khas dan paling disukai warga lokal, serta bagaimana caranya ke sana dengan transportasi massa yang paling murah.”