Find Us On Social Media :

Wow! China akan 'Paksa' Arab Saudi untuk Menjual Minyak dalam Yuan, Bukan Lagi Dolar AS

By Ade Sulaeman, Selasa, 17 Oktober 2017 | 15:30 WIB

Intisari-Online.com - China akan "memaksa" Arab Saudi untuk melakukan perdagangan minyak dalam yuan dan, jika ini terjadi, pasar minyak lainnya akan mengikuti dan meninggalkan dolar A.S. sebagai mata uang cadangan dunia, seorang ekonom terkemuka mengatakan kepada CNBC pada hari Senin.

Carl Weinberg, kepala ekonom dan managing director High Frequency Economics, mengatakan Beijing kini menjadi pemain global paling dominan dalam permintaan minyak sejak China merebut AS sebagai "importir minyak terbesar di planet ini."

Arab Saudi telah "memperhatikan hal ini karena selama satu atau dua tahun dari sekarang, permintaan China akan mengerdilkan permintaan A.S.", kata Weinberg.

"Saya percaya bahwa harga minyak diitung menurut yuan akan datang dan segera setelah orang Saudi memindahkannya - seperti yang dilakukan oleh orang China - maka sisa pasar minyak akan bergerak bersama mereka."

(Baca juga: Akhirnya, Raja Salman Mengizinkan Wanita Arab Saudi untuk Mengemudikan Mobil Sendiri)

(Baca juga: Untuk Pertama Kalinya dalam Sejarah, Ada Perempuan di Kursi Stadiun King Fahd Arab Saudi)

Hal yang terpenting dari petrodollar

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa negara yang menentang dolar sebagai mata uang cadangan dunia telah berusaha untuk mencari pengganti agar segera meninggalkannya.

Misalnya, Rusia dan China telah berusaha beroperasi di lingkungan non-dolar saat melakukan perdagangan minyak.

Kedua negara juga telah meningkatkan usaha mereka untuk menambang dan mendapatkan emas fisik jika, atau mungkin ketika, dolar ambruk.

Gembong OPEC Arab Saudi berada di puncak petrodolar.

Sejak kesepakatan 1974 antara Presiden A.S. Richard Nixon dan Raja Saudi Faisal, Arab Saudi telah menerima pembayaran untuk hampir semua ekspor minyaknya dalam dolar.

Namun, karena China mengimpor lebih banyak minyak dari negara-negara di seluruh dunia, gagasan untuk membeli minyak yang sama dalam dolar telah menjadi semakin mudah melukai Beijing.