Bahagia Itu Menemukan Keseimbangan antara Sukacita dan Konsekuensinya

Moh Habib Asyhad

Penulis

Orang bijak itu tersenyum dan menggulung lengan bajunya, menunjukkan serangkaian bekas luka yang panjang di lengannya.

Intisari-Online.com – Seorang yang bijak dari sebuah desa sedang bekerja di kebunnya ketika ia didatangi oleh seorang pemuda berumur belasan tahun.

“Apa rahasia hidup bahagia?” tanya pemuda itu.

“Ikutlah dengan saya,” jawab orang bijak itu dan mereka berjalan bersama ke tepi hutan terdekat melalui jalan setapak yang melewati pepohonan beberapa kilometer sebelum kembali ke tempat yang sama.

“Berjalan-jalanlah di sepanjang jalan ini, tapi lihatlah beruang yang tinggal di sana itu,” kata orang bijak itu.

Pemuda itu mengangguk dan berjalan dengan gentar di sepanjang jalan setapak.

Beberapa jam kemudian pemuda itu kembali.

“Apakah Anda melewati jalan yang baik?” tanya orang bijak itu.

“Biasa saja,” jawab pemuda itu.

“Apakah Anda melihat pohon ek yang kokoh, bunga-bunga yang mekar, tupai yang bermain-main, dan pelangi yang indah?”

“Saya tidak memperhatikannya,” jawab pemuda itu, “saya terlalu sibuk untuk mengawasi beruang.”

“Kembali susuri jalan setapak itu dan jangan lupa memperhatikan keindahan di sana.”

Pemuda itu berbalik dan kembali memasuki hutan.

Kali ini ia kembali dalam 30 menit dengan terengah-engah dan berdarah karena luka di lengannya.

“Apa yang terjadi denganmu?” tanya orang bijak itu dengan kilatan di matanya. “Apakah Anda melihat pemandangan hutan yang menakjubkan?”

“Ya, memang begitu, tapi saat saya menatap beberapa tupai, seekor beruang besar menyelinap ke arah saya dan menyerang saya. Saya beruntung bisa lolos, tapi beruang itu meninggalkan goresan di lengan saya. Anda pasti gila, saya bertanya tentang kebahagiaan tapi Anda menyuruh saya ke hutan untuk diserang oleh binatang liar. Mengapa Anda tidak bisa memberi saya jawaban langsung?”

“Saya kira Anda telah mendapatkan jawabannya. Rahasia menjalani hidup bahagia adalah berjalan melewati hutan, dengan memperhatikan hal-hal indah, tetapi tanpa dimakan oleh si beruang.”

“Saya rasa saya mengerti,” kata pemuda itu.

Saat mereka berjalan kembali ke desa, pemuda tersebut bertanya kepada mentornya, “Mengapa Anda tidak bisa memberi tahu saya rahasia itu dan bukannya mempertaruhkan saya untuk dimakan seekor beruang.”

Orang bijak itu tersenyum dan menggulung lengan bajunya, menunjukkan serangkaian bekas luka yang panjang di lengannya.

“Terkadang, kita membutuhkan bekas luka untuk mengingatkan kita akan pelajaran penting,” katanya.

Artikel Terkait