Perempuan Ini Terbang Sejauh 600 KM Hanya untuk Menemui Lelucon dari ‘Kekasihnya’ yang Jahat

Ade Sulaeman

Penulis

Hubungan jarak jauh yang dijalani Sophie dan Jesse kemudian membawa Sophie untuk terbang ke Amsterdam, kota asal Jesse.

Intisari-Online.com - Setiap kisah cinta memang menarik dan unik, demikian yang dialami oleh Sophie Stevenson.

Perempuan 24 tahun itu bertemu kekasihnya dalam sebuah kejadian mirip film-film romantis.

Kisahnya, waktu itu Sophie dan temannya, Michelle berkunjung ke Barcelona.

Ternyata mereka tiba sehari sebelum penyerangan di Barcelona oleh kelompok radikal Islam pada pertengahan Agustus 2017.

Hari itu, mereka beruntung karena bisa membeli beberapa makanan dan minuman.

(Baca juga: Pelatih Kebugaran Ini Membongkar Penipuan di Instagram)

Mereka sedang duduk-duduk di teras ketika terdengar suara tembakan.

Sangat menakutkan ketika mereka mulai melihat orang-orang berlarian.

Obrolan Sophie dan Jesse
Semua akses menjadi di tutup termasuk hotel tempat mereka menginap.

Alhasil, mereka hanya menghabiskan waktu di dalam hotel seharian.

(Baca juga: Lansia Sering Menjadi Korban Penipuan 'Online')

Namun saat itulah Sophie bertemu Jesse dan ketiga temannya.

Sopie dan Michelle merasa bersyukur bertemu empat lelaki itu.

Para laki-laki itu membuat mereka merasa aman dan akhirnya mereka semua sering pergi bersama.

Itu adalah liburan yang sangat berkesan untuk Sophie, sebuah liburan romantis dengan seorang yang menyenangkan.

Mereka akhirnya tidur bersama di Barcelona dan ketika Sophie kembali ke Britania Raya, mereka saling bertelepon setiap hari.

Hubungan jarak jauh yang dijalani Sophie dan Jesse kemudian membawa Sophie untuk terbang ke Amsterdam, kota asal Jesse.

Sophie kemudian memesan kamar hotel beserta tiket pesawat pergi-pulang dari Manchester ke Amsterdam.

Perjalanan sejauh 600 kilometer lebih itu tak terasa melelahkan bagi Sophie.

Mengunjungi kekasih tentu sangat mendebarkan.

Sophie dan Jesse bertelepon sampai Sophie masuk ke pesawat, Jesse menjanjikan akan menemui Sophie begitu ia tiba di Amsterdam.

(Baca juga: Liburan di Indonesia atau Wilayah Asia Lainnya? Hati-hati dengan 5 Penipuan Ini!)

Tiba di Amsterdam, Sophie tidak melihat kehadiran Jesse.

Ia mencoba menghubungi kekasihnya.

Sophie mulai panik karena Jesse tidak mengangkat teleponnya, setelah Sophie mencoba kembali, panggilannya dijawab oleh Jesse namun tak terdengar suara apapun.

Sophie akhirnya menunggu selama dua jam di bandara dan tetap tidak mendapatkan kabar dari Jesse.

Dia merasa sangat panik karena takut diabaikan oleh kekasihnya.

Ternyata ada bus dari bandara menuju hotel, Sophie memutuskan untuk menunggu di hotel.

Enam jam kemudian, akhirnya Jesse menghubunginya, namun melalui aplikasi Snapchat.

Bukannya pesan minta maaf atau memberi tahu mengapa ia tidak menjemput Sophie, Jesse justru mengirim pesan yang tidak sepantasnya.

Ia menyebut Sophie sebagai ‘pigged’ (babi), dengan dua emoji kepala babi dan di bawahnya ia menambahkan ‘itu hanya lelucon’ dengan dua emoji ‘tertawa hingga menangis’.

Menyebut perempuan sebagai babi adalah bentuk persamaan dengan perempuan gemuk yang jelek.

(Baca juga: Pham Van Thoai, Pria Vietnam yang Jadi Korban Penipuan di Singapura Tolak iPhone 6 Sumbangan)

Sophie merasa tertekan, di negara yang asing untuk mengunjungi kekasihnya, ia malah mendapatkan pengalaman tak menyenangkan seperti ini.

Sophie kemudian membalas ‘bagaimana bisa kamu begitu kejam’ dan tak disangka Jesse memutus semua akses komunikasi dengan Sophie.

Sophie tak bisa menghubungi Jesse lagi sejak saat itu.

Dia sangat kesepian dan tidak tahu harus melakukan apa di Amsterdam.

Dalam kekecewaannya, Sophie akhirnya memutuskan untuk pulang keesokan harinya.

Ia sangat geram dengan apa yang dialaminya dan itu sangat berbahaya.

Ia menuliskan pengalamannya supaya orang lain tidak perlu mengalami hal serupa.

Kecaman dari banyak orang mengutuki Jesse dan menghibur Sophie.

Bagaimana mungkin lelucon menjadi begitu jahat bagi orang yang mendengarnya.

Meski begitu, masih banyak orang yang tidak sadar telah menyakiti orang lain dari ‘lelucon’ yang ia lontarkan.

(Natalia Mandiriani)

Artikel Terkait