Find Us On Social Media :

Pengamat Politik UI: Setnov Ancaman Golkar Jadi Tidak Populer saat Pilkada

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 7 Oktober 2017 | 12:30 WIB

Intisari-Online.com - Setya Novanto memang sudah bebas dari status tersangka korupsi e-KTP.

Ketersangkaannya telah digagalkan dalam sidah praperadilan yang berhasil dimenangkannya.

Meski begitu, pengamat politik Universitas Indonesia, Arbi Santi, menyebut Setnov masih akan tetap menjadi ancaman bagi partai yang sekarang ia pimpin, Golkar.

(Baca juga: Terbiasa dengan Kekuasaan, Golkar Cenderung Pragmatis)

Menurutnya, laki-laki yang beberapa hari lalu terbaring di RS Premier Jakarta Timur itu akan menjadi ancaman bagi partainya, lebih-lebih saat pemilu atau Pilkada.

“Akan ada risiko menolak Novanto dari internal Golkar. Ini partai pasti akan terbelah,” ujar Arbi, seperti dilansir dari Kompas.com.

Ia juga menyarankan supaya Golkar langsung mengganti Novanto selagi ada waktu untuk persiapan Pilkada 2018 dan Pemilu 2019 yang sudah bergulir tahapannya.

“Golkar jangan coba-coba menundanya,” tambahnya.

Tapi apakah dengan mengganti Novanto secepatnya akan menyelesaikan persoalan menguapnya suara Golkar? Tidak serta-merta, tutur Arbi.

“Tentu tidak otomatis. Tapi Golkar punya basis atau pijakan untuk memperbaiki diri dan bisa tumbuh kembali. Itu apabila pengganti Novanto adalah orang yang layak dipercaya,” jawabnya.

Sekjen Partai Golkar Idrus Marham menegaskan bahwa Setya Novanto tetap dipertahankan sebagai ketua umum partai. Hal itu dikuatkan dengan memo yang dikeluarkan sang ketua.

(Baca juga: Setya Novanto, Dulu Jualan Beras, Pernah Jadi Model, Lalu Jadi Pimpinan Golkar, Lalu Ketua DPR, Kini Jadi Tersangka Korupsi E-KTP)

“Novanto kembali memimpin dan sudah juga mengeluarkan memo kepada saya untuk menyampaikan bahwa beliau akan kembali memimpin setelah sakit kemarin dan aktif sebagai Ketum DPP Partai Golkar. Enggak ada masalah,” kata Idrus di Hotel The Sultan, Senayan, Jakarta, Kamis (5/10).