Penulis
Intisari-Online.com – Sebuah kejadian penembakan terjadi pada Minggu malam (1/10/2017) waktu setempat di festival musik di Las Vegas Strip. Akibatnya 59 orang tewas dan 527 lainnya terluka.
Menurut polisi, Stephen Paddock (64) adalah pelaku penembakan tersebut.
Pria asal Nevada ini melakukan tembakan bertubi-tubi ke arah 22.000 orang di kerumuman konser dari salah satu kamar hotel di Mandalay Bay Resort and Casino, yang tidak jauh dari lokasi kejadian.
Ternyata, aksi penembakan di Amerika bukanlah sesuatu yang baru.
Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat dilansir dari nbcnews.com, sejak 1968, ada lebih dari 1,5 juta orang Amerika tewas dalam insiden terkait senjata.
Sebagai perbandingan saja, sekitar 1,2 juta anggota layanan telah terbunuh dalam setiap perang dalam sejarah AS.
Ini menurut perkiraan Departemen Urusan Veteran dan iCasualties.org, sebuah situs web yang mengelola basis data korban yang terus berlanjut dari perang di Irak dan Afghanistan.
“Apa yang terjadi di Las Vegas adalah kasus yang “unik” di Amerika,” kata agen FBI, Ali Soufan.
“Sayangnya, pemandangan itu sanga akrab di masyarakat kita dan dalam politik kita.”
Contoh saja, sebuah penembakan terjadi pada bulan Juni 2016 di Pulse Nightclub di Orlando, Florida. Dilaporkan 49 orang tewas.
Sementara kasus penembakan juga terjadi tahun 2012 di Sandy Hook Elementary di Newtown, Connecticut, yang menewaskan 26 orang, di mana kebanyakan dari mereka adalah anak-anak.
Setelah penembakan di Sandy Hook, sambil menangis Presiden Barack Obama langsung mengumumkan serangkaian tindakan eksekutif yang bertujuan untuk membatasi kekerasan di Amerika.
Termasuk membatalkan amandemen berusia 20 tahun yang mencegah CDC melakukan penelitian yang didanai pemerintah federal mengenai bagaimana kekerasan senjata mempengaruhi orang-orang Amerika.