Find Us On Social Media :

Sakralnya Tradisi 1 Suro di Cirebon: Benda Pusaka Disucikan, Sang Kerbau Bule pun Ikut Kirab

By Ade Sulaeman, Rabu, 20 September 2017 | 18:30 WIB

“Tapi bukan berarti nilai sakralnya berkurang. Kesakralan itu tergantung bagaimana hati kita memandang,” ucap Ratu Mawar, putri Sultan Haji Muhammad Djalaludin alias Sultan Kanoman XI, penguasa teranyar keraton Kanoman.

Melihat jumlah acara, inisiatif meramaikan 1 Suro justru lebih banyak datang dari Pemda Kotamadya Cirebon.

Seperti "Helaran (pergelaran - Red.) Budaya" yang digelar di depan balai kota, dua hari menjelang 1 Muharram.

"Helaran" menyajikan pertunjukan sendratari kolosal "Babad Cirebon" yang berlangsung satu jam. Drama gerak yang dibawakan puluhan penari itu diakhiri dengan penancapan "Pohon Witana", pondokan cikal bakal Cirebon.

Selanjutnya, dilakukan pawai prajurit Keraton Kesepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan.

Pemda pun mengadakan lomba gerak jalan, pertandingan olahraga antarinstansi.

Bahkan dua hari setelah acara "Helaran", walikota Cirebon mengadakan Rapat Paripurna Istimewa dalam rangka HUT Cirebon.

Seorang wisatawan asal Belanda yang menghadiri rangkaian acara itu sempat bertanya-tanya.

"Apakah peringatan 1 Suro di Cirebon sudah berubah jadi kegiatan formal?"

Sebuah pertanyaan yang sulit terjawab jika wisatawan itu hanya singgah satu dua malam di kota pantai utara Jawa itu.

Tak kurang Sultan Anom, sebutan bagi penguasa Keraton Kanoman mengakui kebenaran pandangan sang wisman.