Intisari-Online.com - Di sebuah malam di tahun 2002, chef Narayanan Krishnan (35) baru saja melepaskan topi koki dan apronnya di dalam loker.
Ia tersenyum lega karena seluruh pekerjaan di dapur sudah selesai.
Senyumnya tidak berhenti mengingat peristiwa siang tadi. Saat kabar bahwa ia memenangkan award sebagai chef terbaik dalam jaringan hotel bintang lima di India dan mendapat kesempatan bekerja di Swiss.
“Ah, kabar baik ini harus kusampaikan pada keluarga segera,” pikirnya.
(Baca juga: Ini 10 Kebenaran yang Bisa Mengubah Hidup Kita, Namun Sering Kita Lupakan)
Ia pun memutuskan untuk berkunjung dulu ke rumah sanak saudara sebelum berangkat ke tempat kerja impian yang sudah menanti.
Di hari yang sudah direncanakan, Krishnan bertolak untuk menyampaikan kabar baik itu ke tempat sanak saudaranya berkumpul, yaitu Madurai, sebuah kota kecil di India Selatan.
Dalam kunjungan itu, Krishnan berpikir, tidak afdol rasanya jika tidak sekaligus mengunjungi kuil. Setelah bertemu dengan keluarga, ia pun melangkahkan kaki hendak beribadat ke kuil Madurai.
Hari mulai senja, saat Krishnan tiba di situ. Belum lagi ia masuk ke dalam kuil ia melihat sebuah pemandangan biasa. Namun, hari itu pemandangan itu menjadi tak biasa baginya.
Di bawah jembatan, ia melihat seorang lekaki yang sudah sangat tua, sedang makan. Namun yang membuat Krishnan terenyuh, orang itu sedang memakan sisa-sisa nasi yang dibuang orang.
Krishnan terkejut. “Bagaimana mungkin ada orang yang makan sisa-sisa makanan?” katanya dalam hati. Tanpa menunggu lama, ia kemudian memberi makan lelaki tua itu.
Krishnan hanya menatap pria tua itu makan dengan lahapnya. Ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya melihat betapa cepatnya lelaki tua itu makan. Namun yang paling diingatnya adalah saat selesai makan, lelaki tua itu menatapnya dengan air mata yang tidak terbendung.
Malam itu, Krishnan gelisah. Ia mempertanyakan kembali tujuan hidupnya. Selama ini, ia hanya memasak makanan untuk seluruh tamu di hotel dengan makanan enak. Tanpa ia sadari, bahwa banyak orang di kampung halamannya sendiri yang menderita kelaparan hingga harus makan sisa makanan yang terbuang
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR