Daun alang-alang harus bersih dan bebas dari tanaman lain.
Dengan begitu, atap akan bertahan hingga 20 tahun lamanya.
Namun kini penggunaan material alami mulai berubah.
Pada beberapa rumah di Sumba sekarang lebih banyak menggunakan material “buatan”, seperti keramik dan seng.
Ada pula beberapa rumah yang masih memadukan material alami dan material buatan.
Yang paling terlihat jelas adalah penggunaan seng untuk atap.
Seperti cerita dari Frans, salah satu warga Sumba, penggunaan seng untuk atap dinilai lebih kekinian.
Terlebih, seng mudah didapat dan harga jauh lebih murah.
Di Sumba, jarang terlihat rumah memakai genting tanah liat.
Ya, genting tanah liat menjadi material langka.
Apabila ingin memakai genting tanah liat, penduduk Sumba harus memesan dari Jawa.
Hal ini membuat harga genting tanah liat menjadi mahal dan langka.
Tetapi, masih banyak ditemukan rumah marga Sumba yang masih alami.
Salah satunya di desa adat Praiijing, Waikabubak, Sumba Barat.
Desa adat yang pernah terbakar beberapa tahun silam ini menyisakan 38 rumah marga Sumba Barat yang masih asri dan makam yang menonjol di tengah desa.
Di desa ini pula bisa melihat keseharian warga Sumba Barat seperti menenun kain, menganyam tas, dan menggembala hewan ternak.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR