Intsiari-Online.com – Itulah yang dialami orang Jepang. Payung dibuat berlipat supaya ringkas, Televisi sekarang sudah bisa dibawa-bawa dalam bentuk arloji.
Bahkan dewa dibuat ringkas supaya bisa dibawa-bawa ke mana-mana.
(Baca juga: Ngalap Berkah di Pesarean Gunung Kawi, Kalau Sedang Duduk-duduk Lalu Kejatuhan Daun Pertanda akan Dapat Rezeki)
Seorang mahaguru kesusasteraan dari Korea, Lee O-Young, merasa heran ketika mempelajari dongeng-dongeng Jepang.
Pahlawan-pahlawan dalam dongeng itu serihg digambarkan sebagai manusia kerdil.
Umpamanya saja, Issunboshi, anak laki-laki yang tingginya cuma satu inci. Atau Momotaro, anak laki-laki yang menetas dari biji buah peach.
Namun mereka itu bisa mengalahkan makhluk-makhluk yang jauh lebih besar.
Di tempat-tempat lain, termasuk Korea yang bertetangga, pahlawan biasanya digambarkan tinggi besar. Sebutan "Manusia kerdil" mempunyai arti merendahkan.
Di Jepang paradoks "raksasa kecil" bukan cuma dijumpai dalam dongeng, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kebudayaan, termasuk dalam bahasa, lambang dan imajinasi.
Payung lipat
Salah satu kata Jepang untuk membuat sesuatu ialah saiku. Sai artinya halus atau lembut, sedangkan ku artinya membuat. Membuat sesuatu artinya membuat barang yang kecil, yang lembut.
Bagi orang Jepang, barang yang dibuat kecil tampaknya lebih indah dan lebih kuat daripada yang orisinal.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR