Selama tiga bulan tinggal bersama penyalurnya itu, Jacinto mengaku banyak sekali mendapatkan penyiksaan.
“Ia memukul saya dengan rantai besi, meninju saya, menendang saya, menarik rambut saya, meludahi wajah saya … ia juga membakar saya dengan besi panas,” kisahnya.
Ia juga ingat ketika ada operasi dari kepolisian setempat.
Ironisnya, alih-alih menyelamatkan mereka dari dunia hitam itu, para polisi itu justru memfilmkannya gadis-gadis yang sebagian masih berusia 10 tahun itu.
Meksiko, terlebih Tenancingo, memiliki track record tersendiri soal perdagangan manusia.
Menurut International Organisation for Migration, setidaknya ada 20 ribu korban perdagangan manusia di Meksiko tiap tahunnya.
Dan, di AS, lima dari 10 pelaku perdagangan seks paling dicari berasal dari Tenancingo.
The Guardian melaporkan, merujuk pada studi University of Tlaxcala pada 2010, satu dari lima anak di kota itu bercita-cita ingin menjadi seorang germo.
Sementara dua per tiganya setidaknya tahu jika salah satu saudara atau teman mereka bekerja sebagai germo atau pemasok perdagangan manusia.
Jacinto berhasil diselamatkan pada 2006 melalui operasi penyelamatan anti-perdagangan manusia di Mexico City.
Sekarang perempuan berusia 23 tahun itu tengah menfokuskan diri pada kegiatan mengadvokasi korban perdangan manusia.
BACA JUGA: Suami Takut Istri, Sang Raja Rimba Hanya Bisa Menunduk Lesu Saat Dimarahi Singa Betina
Untuk membuktikan kebenaran cerita Jacinto, CNN sudah memverifikasi pernyataannya ke United Againts Human Trafficking Group dan pejabat senior di Road to Home, tempat penampungan sementara Jacinto pasca-diselamatkan.
Kesaksian itu sendiri telah digunakan sebagai bukti untuk mendukung HR 515 atau Megan’s Law, yang mengharuskan otoritas Amerika Serikat membuat informasi yang tersedia untuk umum mengenai daftar pelaku kejahatan seksual.
BACA JUGA: Punya Potensi Gigi Berlubang? Coba Lakukan 8 Cara Ini untuk Memulihkannya
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR