Intisari-Online.com - Dicibir karena semata-mata menjual keelokan fisik sampai dihakimi sebagai sosok perusak moral bangsa, tapi di sisi lain dihargai karena keberaniannya menampilkan citra diri perempuan sexy di tengah arus kuat fundamentalisme dan radikalisme agama.
Dialah Yulia Rachmawati alias Julia Perez. Bagi yang memahami dunia hiburan beserta segenap persaingannya, positioning Jupe adalah langkah cerdas.
(Baca juga: Julia Perez Meninggal Dunia: Kanker Serviks Pembunuh Nomor 1 Kaum Perempuan)
Betapa setiap saat dunia itu membutuhkan tokoh dengan predikat bomb sex namun telah lama tidak ada. Jupe muncul pada saat yang tepat, saat ketika film Indonesia didominasi tema-tema horor dan seks.
Berikut ini perbincangan mantan wartawan Intisari Mayong Suryo Laksono dengan Jupe di sebuah kedai dim sum di Jakarta Selatan, di tengah malam yang gerah, pada pengujung 2011 lalu.
Memangnya seberapa hura-huranya sih Jupe?
Lo, aku kan DJ sejak 200? Di Bali aku punya café Wild Cats, di sana aku sering meng-entertain tamu sebagai DJ.
[…]
Kenapa mencitrakan diri sebagai perempuan seksi?
Sebetulnya ini challenge buat aku sendiri. Dulu, aku itu tomboy banget. Sebagai cewek aku enggak bisa dandan, dan menganggap sepatu tinggi sebagai sesuatu yang terpikir pun tidak.
Kalau lihat perempuan pakai kuteks, benci aku. Begitu masuk ke dunia entertainment, dengan mantap aku mengambil posisis sebagai perempuan seksi.
Aku dandan habis-habisan, men-challenge diri sendiri untuk menampilkan sosok penggoda, sosok yang dibayangkan banyak laki-laki. Aku ingin hadir dalam mimpi setiap laki-laki.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR