Advertorial

Gawat, Infeksi Gigi Bisa Memicu Stroke yang Membahayakan Jiwa

K. Tatik Wardayati
,
Yoyok Prima Maulana

Tim Redaksi

Pada mulanya hanya sakit gigi biasa, selanjutnya infeksi di gigi ini bisa menjadi kronis lalu memicu serangan stroke. Bagaimana bisa terjadi?
Pada mulanya hanya sakit gigi biasa, selanjutnya infeksi di gigi ini bisa menjadi kronis lalu memicu serangan stroke. Bagaimana bisa terjadi?

Intisari-Online.com – Banyak yang menganggap remeh sakit gigi, padahal infeksi gigi bisa memicu stroke.

Sekadar mengingatkan, pada 3 Januari 2006 komedian Leysus meninggal dunia karena infeksi gigi yang memicu stroke.

Pada mulanya hanya sakit gigi biasa, selanjutnya infeksi di gigi ini menjadi kronis lalu memicu serangan stroke. Bagaimana ini bisa terjadi?

Stroke, seperti sudah diketahui, adalah gangguan saraf akibat kerusakan pembuluh darah di otak. Berdasarkan tipe penyebabnya, serangan stroke dibagi menjadi dua: karena perdarahan dan karena penyumbatan.

Baca Juga : Fahmi Bo Terserang Stroke, Ini 9 Kebiasaan Sepele Pemicu Stroke!

Dalam bahasa kedokteran, stroke karena perdarahan biasa disebut sebagai stroke hemoragik. Stroke ini disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak sehingga menyebabkan perdarahan lokal.

Akibatnya, aliran darah ke sel-sel saraf otak pun terganggu. Darah, yang mestinya menyuplai nutrisi dan oksigen ke sel otak, malah mengalir ke tempat lain.

Adapun stroke karena penyumbatan pembuluh darah otak dalam bahasa medis biasa disebut stroke iskemik. Kadang disebut stroke nonhemoragik karena tidak dijumpai perdarahan.

Baca Juga : Fahmi Bo Terserang Stroke Saat Mandi, Ini yang Sebabkan Orang Sering Terserang Penyakit Mematikan Saat Mandi

Menurut dr. Alfred Sutrisno, Sp.BS, penulis buku Stroke, You Must Know Before You Get It (Gramedia Pustaka Utama, 2008), sekitar 80% kasus serangan stroke merupakan jenis ini.

Dengan kata lain, sebagian besar kasus stroke terjadi karena penyumbatan pembuluh darah otak, dan sebagian kecil karena perdarahan.

Serangan stroke nonhemoragik ini mirip dengan serangan jantung koroner. Sama-sama terjadi lantaran adanya penyumbatan pembuluh darah. Bedanya hanya lokasi. Yang satu terjadi di pembuluh darah otak, yang lain di pembuluh koroner jantung.

Keduanya sama-sama berbahaya dan bisa mematikan karena menyerang organ yang sangat penting.

Kedua penyakit ini pun memiliki faktor risiko serupa, antara lain hipertensi, diabetes, tinggi kolesterol, tinggi lemak, obesitas (kegemukan), merokok, dan kurang olahraga. Kedua penyakit ini juga dimulai oleh proses yang sama, yaitu pengerasan dan penyempitan pembuluh darah, yang biasa disebut aterosklerosis.

Baca Juga : Ini 6 Peringatan Stroke akan Menyerang Anda, Jangan Abaikan!

Radang dulu stroke kemudian

Dalam keadaan sehat, pembuluh darah kita seperti pipa yang elastis, bagian dalamnya tidak berkerak sehingga cairan darah bisa mengalir dengan lancar. Jika seseorang memiliki faktor-faktor risiko di atas (hipertensi, tinggi kolesterol, dsb), secara perlahan-lahan bagian dalam pembuluh darah ini “berkerak”.

Kerak ini menyebabkan dinding dalam pembuluh darah mengalami penebalan dan penyempitan. Kerak ini dikenal dengan istilah plak ateroma. Pada saat kita berkawan dekat dengan kolesterol, tanpa kita sadari plak terbentuk secara pelan-pelan dan kronis, dalam jangka lama.

Kerak plak atheroma inilah yang bisa menjadi biang keladi stroke jika seseorang menderita infeksi kronis. Di tahap ini infeksi bisa berkaitan dengan penyumbatan pembuluh darah.

Baca Juga : Olla Ramlan Alami Stroke Telinga Hingga Tuli Sebelah, Sering Pakai Headset atau Earphone Bisa Jadi Penyebabnya!

“Mekanismenya lewat inflamasi kronik derajat rendah,” kata Prof. dr. Harmani Kalim, MPH, Sp.JP (K), dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.

Pada mulanya, infeksi menyebabkan inflamasi (peradangan). Peradangan ini selanjutnya menyebabkan kerak di dinding pembuluh darah mudah retak dan mengalami erosi, lepas dari dinding pembuluh.

Kerak yang lepas ini menyebabkan terjadinya penggumpalan darah di pembuluh yang memang sudah mengalami penyempitan. Lalu cerita selanjutnya bisa ditebak: gumpalan darah ini menyebabkan penyumbatan aliran darah.

Jika lokasinya di pembuluh darah otak, penyumbatan ini menyebabkan serangan stroke. Jika terjadi di pembuluh darah koroner jantung, penyumbatan ini menyebabkan serangan jantung.

Baca Juga : Tak Cuma Obat Kuat, Viagra Bisa Menolong Serangan Jantung dan Stroke

Namun, Harmani menandaskan bahwa infeksi ini tidak begitu saja bisa menyebabkan stroke. “Jadi, infeksi itu tidak berdiri sendiri menyebabkan stroke. Dia itu memicu,” katanya.

Infeksi kronik hanya akan memicu stroke kalau pembuluh darah sebelumnya sudah mengalami aterosklerosis (penebalan dan penyempitan). Harus dicatat, jika seseorang mengalami infeksi, bukan berarti ia berisiko tinggi terkena serangan stroke.

Infeksi bisa memicu stroke kalau memang terdapat faktor risikonya: hipertensi, diabetes, tinggi kolesterol, tinggi lemak,merokok, obesitas, dan kurang olahraga.

Jenis-jenis infeksi

Selain mekanisme di atas, ternyata infeksi kronis juga bisa mempercepat terjadinya aterosklerosis. Bahasa gampangnya, lemak dan kolesterol akan lebih mudah menempel menjadi kerak di pembuluh darah kalau seseorang mengalami infeksi kronis. Ini yang kurang disadari kebanyakan orang.

Ada banyak jenis infeksi kronis yang sudah terbukti berkaitan dengan stroke. Salah satunya, infeksi di rongga mulut, misalnya yang menyerang gigi dan gusi.

Mungkin awalnya hanya sakit gigi biasa. Tapi jika dibiarkan terus dan menjadi kronis, infeksi bisa saja mempercepat terjadinya aterosklerosis, lalu memicu terjadinya serangan stroke.

Contoh, infeksi Helicobacter pylori. Bakteri ini biasa menyebabkan infeksi di lambung, lalu menyebabkan tukak (luka) dan kanker lambung. Helicobacter pylori ini tergolong bakteri yang cukup tangguh karena bisa bertahan hidup di dalam cairan lambung yang asam.

Baca Juga : Lama Tak Terlihat Mat Solar Dikabarkan Terkena Stroke: Ini Cara Mudah Mengenali Gejala dan Mengurangi Dampak Terburuk Stroke

Contoh lain, infeksi Chlamydia pneumoniae. Bakteri ini biasa menyebabkan infeksi saluran napas, misalnya pneumonia (radang paru-paru). Gejala penyakit ini di antaranya batuk, demam, dan kesulitan napas.

Jika berlangsung dalam jangka lama, infeksi bakteri ini pun berpotensi menjadi pemicu stroke pada penderita yang punya faktor risikonya.

Selain beberapa contoh di atas, masih terdapat banyak lagi infeksi yang berkaitan dengan stroke, seperti infeksi cytomegalovirus dan herpes simpleks. Kedua jenis infeksi ini biasanya diperiksa pada ibu hamil untuk mencegah bayi lahir prematur atau lahir cacat.

Orang awam mengenal kedua infeksi ini lewat pemeriksaan TORCH (tokso-plasma, rubela, cytomegalo-virus, dan herpes).

Baca Juga : Stroke Bisa Serang Anak Muda, Ini Cara Kenali Gejala dan Pencegahannya

Lokasi infeksi pemicu stroke juga tidak terbatas di gigi, paru-paru, dan lambung. Infeksi kronis di ginjal dan saluran kemih pun bisa saja berkaitan dengan stroke. Bahkan, kata Harmani, infeksi flu pun bisa berkaitan dengan stroke.

Syaratnya, sekali lagi, penderita memang sudah memiliki faktor risiko stroke. Topik ini dibahas tuntas di artikel berjudul Inflammation and Infection in Clinical Stroke, yang dimuat Journal of Cerebral Blood Flow & Metabolism, 2002.

Bisa dicegah

Semua fakta di atas bisa menjadi kabar buruk. Tentu saja ini adalah peringatan bagi kita semua untuk sebisa mungkin menghindari faktor risiko. Nasihatnya mungkin terdengar klise dan membosankan.

Baca Juga : Alami Kerusakan Otak Karena Stroke dan Kanker, Pria Ini Tiba-tiba Bisa Melukis dan Hasilkan Jutaan Rupiah

Sebisa mungkin cegah dan control hipertensi dan diabetes. Kurangi konsumsi lemak dan kolesterol. Jauhi rokok, lakukan olahraga secara rutin. Ini aturan pertama.

Aturan kedua, jika kita sudah memiliki faktor risikonya, berarti kita harus ekstra hati-hati bila terkena infeksi. Jika sakit gigi atau mengalami gejala radang paru-paru, segera ke dokter. Semakin cepat pasien ke dokter, semakin kecil kemungkinan infeksi menjadi kronis.

Di samping menyembuhkan infeksinya, menurut Harmani, ada satu cara pencegahan yang bisa mengurangi risiko stroke jenis ini, yaitu dengan pemberian obat golongan statin. Obat ini biasanya diresepkan dokter untuk penderita tinggi kolesterol.

Namun, dalam kaitannya dengan infeksi ini, statin tidak berurusan dengan kolesterol melainkan dengan hs-CRP (highly sensitive C-reactive protein). Ini adalah paramater dalam darah yang menunjukkan derajat inflamasi akibat infeksi kronis.

Baca Juga : Terkena Stroke, Pria Ini Malah Jadi Punya Bakat Melukis, Bahkan Lukisannya Laku Rp7,3 Juta!

Kira-kira mirip dengan kadar leukosit yang biasa kita baca di lembar hasil tes darah di laboratorium.

Jika seseorang menderita infeksi kronis, nilai hs-CRP ini meningkat di atas normal. Kadar hs-CRP dianggap tinggi jika lebih dari 3 mg/dl. Penelitian membuktikan, orang yang hs-CRP-nya tinggi, risiko serangan jantung dan strokenya juga tinggi.

Jika hs-CRP ini berhasil diturun-kan, diharapkan risiko terjadinya serangan jantung dan stroke juga turun.

Intinya, kolesterol tetap harus diwaspadai, tapi jangan remehkan infeksi. (M. Sholekhudin)

Baca Juga : Di Luar Dugaan! Krokot yang Sering Dianggap Gulma ini Ternyata Ampuh Tanggulangi Stroke

Artikel Terkait