Lemak yang menumpuk di hati inilah nantinya yang membuat cita rasa foei grass begitu kaya.
Tak cukup disitu, sebelum dipotong, angsa-angsa ini terlebih dulu dicekoki makanan secara paksa (force feeding).
Baca Juga : Jack Ma Pernah 'Benci' pada Bill Gates, Namun Satu Hal Mengubah Pikirannya
Caranya dengan memasukkan selang atau pipa panjang ke tenggorokan mereka.
Makanan berupa bubur jagung akan langsung dimasukkan dalam perut angsa-angsa tersebut.
Tujuannya, tentu untuk menambah semakin banyak kadar lemak dalam hati angsa.
Hati-hati angsa itu akan membesar, ukuranya hingga 10 kali ukuran hati angsa normal.
Tingkat kematian angsa yang dipelihara untuk foei grass, menurut peta.org, juga 20 kali lebih tinggi daripada angsa yang dipelihara normal.
Angsa yang mati karena diberi makan paksa juga menunjukkan kerusakan tulang pada sayap, jaringan, serta otot-otot tenggorokan.
Investigasi yang dilakukan oleh organisasi pembela hak-hak hewan terbesar di dunia PETA, di Hudson Valley Foie Gras (saat itu dikenal sebagai Commonwealth Enterprises), sebuah fasilitas produksi di New York mengungkapkan hal mengejutkan.
Para pekerja di sana diminta untuk memberi makan secara paksa 500 angsa tiga kali sehari.
Seorang pekerja mengatakan kepada salah satu peneliti PETA bahwa dia bisa merasakan benjolan mirip tumor, yang disebabkan oleh pemberian makan paksa, di beberapa leher angsa.
Meski begitu, kini, kebanyakan peternak memelihara Muscovy atau itik serati dan angsa hibrida atau itik hibrida yang disebut moulards sebagai bahan foie grass tanpa melakukan makan paksa.
Menurut peta.org, saat ini hanya ada 4 persen foie grass di Prancis yang berasal dari angsa.
Baca Juga : Ngeri! Seorang Wanita Diciduk Karena Terbukti Lakukan Praktik Pedofilia di Tempat Penitipan Anak
Source | : | kompas,TripAdvisor,peta.org |
Penulis | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR